Meniti Asa di Usia Senja Bersama Aliran Energi dari Pertamina EP Prabumulih
Rumah baru dari Pertamina untu Mat Suan dan Istrinya Suraima di Kelurahan Anak Petai--
Baginya, rumah itu bukan sekadar bangunan. Ia adalah simbol cinta seorang anak yang tulus ingin melihat orang tuanya bahagia, meski dengan pengorbanan terakhir. “Doni selalu bilang ingin kami punya rumah yang bagus, biar tidak kehujanan lagi,” kenang Suraima sambil menatap jendela.
Di luar rumah, langit sore Prabumulih memerah lembut. Suara burung bercampur dengan tawa kecil cucu-cucu yang datang berkunjung. Dinding yang dulu rapuh kini berdiri tegar, seperti hati kedua orang tua yang berusaha kuat meski kehilangan.
Namun bagi sang ayah, Doni merupaka harapan hidup, penyemangatnya dalam mencari rejeki dan melalui hari harinya, kepergian sang putra bungsu sangat menyayat hatinya. Kini pria paruh baya itu kehilangan semangat hidupnya.
Hari-harinya terasa hampa, hanya menghabiskan waktu menikmati suasana di dalam dan sekitar teras rumah baru, bersama energi yang dialirkan dari pertamina. Sepertinya trauma mendalam dirasakan oleh Mat Suan yang kini membuatnya tak banyak bicara.
“sejak kepergian Doni, bapaknya (Mat suan) tidak pernah mau bekerja. Kini keadanya sudah tidak stabil. Tidak seperti dulu lagi. Berbicara sudah tidak jelas dan pemikiran sudah kalut. Dia kehilangan dunianya,” kata istrinya Suraima.
Waktu terus berlalu, namun bayang-bayang Doni di rumah baru tetap saja mengringi. Seorang ibu tua itu menceritakan bahwa rumahnya adalah harta yang sangat berharga saat ini yang dimiilikinya.
Kedua anaknya Erni Lita dan Saprianto kini sudah memiliki rumah tangga sendiri, memiliki kehidupan masing-masing yang terpisah dengan orang tuanya. Kehidupan harus terus berlangsung dan masa depan harus diperjuangkan agar lebih baik dimasa depan.
Namun keduanya masih sering berkunjung meski hanya untuk sekedar berbagi kasih, lauk pauk hingga makanan ringan sebagai buah tangan saat berkunjung melihat keadaan kedua orang tuanya.
“karna sudah memiliki rumah tangga masing-masing, jadi kami tidak lagi tinggal bersama ibu dan bapak. Kami datang ke sini (rumah Mat Suan) saat rindu dan saat ingin berbagi kasih seadanya,” kata Erni Lita sambal menggendong anak nya yang berusia hampir 2 tahun.
Sebagai seorang putri sulung dari orang tua yang penuh dengan keterbatasan, Erni tidak menutup mata. Meski dia harus berjuang dem rumah tangganya, namun dia tidak lupa ada tanggung jawab dan peran pentingnya sebagai seorang anak yang juga harus di lakoninya.
Erni merasa kasihan dengan keadaan ayahnya saat ini. Yang memenuhi kebutuhan rumah tangga orang tuanya, hanya seorang ibu yang juga sudah usia lanjut. Karena telah memiliki rumah tangga sendiri, maka dengan semua doa, dia mengihklaskan. Ibu dua anak ini juga sangat bersyukur memiliki suami pengertian yang paham tugas dan tanggung jawab sebagai seorang istri dan sebagai seorang anak.
“Alhamdulillah suami faham keadaan ini. Bapak trauma mendalam sejak pekergian Doni. Jadi meski dengan seadanya kami tak lepas perhatian pada orang tua,” kata Erni memuji suaminya.
Keadaan keluarga ini juga sangat menarik perhatian dari warga sekitar di Kelurahan Anak petai. Nama Mat Suan tak asing bag warga Kelurahan Anak petai. Pria ini dulu adalah ketua RT yang dipercaya oleh warganya bahkan hingga 3 periode atau kurang lebih 12 tahun lamanya. Namun kini pria itu sudah tidak begitu berdaya karena kehilangan anak kesayanaganya.
Seperti yang disampaikan oleh Romli, ketua RT 03 RW 03 Kelurahan Anak Petai Kecamatan Prabumulih Utara, sebagai sesama RT pria ini ingat jelas bagaimana Mat Suan memperjuangkan hak warga dan memberikan pelayanan pada warganya. Namun pepatah setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya, ini cukup menggambarkan bahwa masa perjuangan pak Suan sudah berakhir.
BACA JUGA:Sidak Tes Urin di Pertamina Drilling: Komitmen Tegas Cegah Narkoba di Lingkungan Kerja
BACA JUGA:Kurangi Emisi, Pertamina EP Pendopo Field Kembangkan Pupuk Organik di PALI
Pria gagah itu kini sudah sepuh, waktunya istirahat dan menikmati masa tuanya. “kami yang sempat bergabung diberbagai kegiatan, tidak akan lupa semangat Pak Suan sebagai ketua RT yang bermasyarakat dan mampu menampung semua aspirasi warganya. Dulu kalau ada gotong royong, dia paling depan, Sekarang beliau sudah sepuh, tapi dulu jasanya besar untuk lingkungan ini,” kenang Romli.

