Meniti Asa di Usia Senja Bersama Aliran Energi dari Pertamina EP Prabumulih
Rumah baru dari Pertamina untu Mat Suan dan Istrinya Suraima di Kelurahan Anak Petai--
Namun kondisi rumah yang dulunya jauh dari kata nyaman, kini sudah berubah dan nyata. dindng pelupuh bambu yang berlubang, kini tergantikan oleh tembok kuat batu bata, lantai yang dulu tanah kuning, kini keramik putih, dan atap yang dulu sen bekas kinii sudah berganti menjadi multiroof warna merah bata yang cerah.
Tak khawatir lagi kehujanan dan kepanasan. Pertamina menghadirkan rasa aman yang dulu hanya bisa mereka bayangkan, namun bantuan itu datang membuka jalan bagi sebuah perubahan besar bagi keluarga ini.
Saat rumah itu akhirnya berdiri, air mata Mat Suan jatuh tanpa bisa dibendung. Ia mengelus tembok baru, masih hangat dari cat yang baru mengering. “Dulu kami tidur di lantai tanah, kalau hujan air masuk. Sekarang rasanya seperti mimpi,” ucapnya pelan.
Suraima, yang setia mendampingi sejak muda, tersenyum tipis. “Kami tak menyangka ada yang masih peduli dengan orang tua seperti kami. Terima kasih, Pertamina,” katanya lirih.
Kini, di rumah barunya, Mat Suan dan Suraima hidup dengan senyum yang lebih tenang. Di setiap pagi, sinar matahari menembus jendela tanpa takut bocor, sementara angin lembut tak lagi membawa dingin. Di balik dinding yang kokoh itu, tumbuh keyakinan bahwa energi kebaikan bisa benar-benar mengubah hidup.
Namun bagai sambaran petir yang mengejutkan, tanpa aba-aba, dua hari setelah mereka menempati rumah baru, kabar duka datang menyelimuti keluarga Mat Suan, Doni Irama, anak bungsu yang selama ini menjadi alasan perjuangan mereka, berpulang ke pangkuan Tuhan. Ia pergi dengan tenang, di rumah baru yang selama ini ia impikan untuk orang tuanya.
Doni Irama, anak bungsu mereka yang paling bersemangat menyambut rumah baru, berpulang ke rahmat Tuhan untuk selamanya. “Kami sempat makan bersama di rumah ini, baru dua malam tidur di kamar barunya, Pagi-pagi Doni bilang, ‘Mak, rumah kite bagus nian sekarang, Siangnya dia pergi untuk selamanya.” Tutur Suraima dengan tegas menutusan kisah kepergian anaknya.
BACA JUGA:Ramalan Zodiak Terbaru, Leo Jangan Lupa Untuk Bersikap Baik
Yogi juga menuturkan pengalamannya, selama proses pembanguna. dirinya merasa punya ikatan emosional dengan keluarga Mat Suan. “Doni sering datang, duduk di kursi bambu depan rumah. Pernah bilang ‘Pak, cepet selesai ya, biar Mak bisa tidur nyenyak. Waktu rumah selesai dan kami serahkan kunci, saya lihat senyum Doni paling lebar. Dua hari kemudian, kami dengar kabar dia meninggal. Saya benar-benar terenyuh,” tuturnya.
Barangkali Tuhan tahu, rumah itu harus selesai lebih cepat. Seolah ingin memberi Doni kesempatan terakhir untuk melihat kedua orang tuanya tersenyum dalam kenyamanan yang selama ini hanya menjadi doa.
Kini, rumah itu menjadi saksi perjalanan panjang keluarga kecil ini. dari gubuk bambu hingga bangunan kokoh yang berdiri di tepi jalan anak petai. Bagi Mat Suan dan Suraima, rumah itu bukan sekadar tempat berteduh, namun lebih dari itu.
Setiap dindingnya menyimpan kisah. tawa Doni saat menyambut pagi, suara palu dari para pekerja, doa lirih yang diucapkan setiap malam, dan air mata yang jatuh di lantai saat kabar duka datang. Semuanya menyatu menjadi satu narasi kehidupan tentang cinta, kehilangan, dan keikhlasan.
“Rumah ini saksi cinta kami bertiga, Doni sudah pergi, tapi setiap kali saya menyapu lantai atau menatap foto di dinding, saya merasa dia masih di sini,” kata Suraima usai sibuk menyapu halaman rumah kesayangannya.
BACA JUGA:OPPO Tingkatkan Stabilitas dan AI di ColorOS 16, Ini Keunggulannya
BACA JUGA:Ramalan Zodiak Terbaru, Leo Jangan Lupa Untuk Bersikap Baik
Kini, setiap kali matahari pagi menyentuh dinding rumah baru itu, seolah ada cahaya lain yang ikut menyala, cahaya yang lahir dari pengorbanan seorang anak, dan dari tangan-tangan yang percaya bahwa energi sejati adalah kepedulian.
Kesedihan melingkupi rumah itu, namun di tengah duka, ada makna yang tak bisa diabaikan. “Saya percaya, rumah ini adalah cara Allah membuat Doni berkorban untuk kami. Melalui kerendahan hati para pimpinan Pertamina, Allah mengabulkan doa kami,” tutur Suraima, menahan isak.
Pertamina mungkin tak bisa mengembalikan Doni, tapi bantuan itu mengembalikan sesuatu yang lebih besar dari harga diri, harapan, dan kehangatan di usia senja.
BACA JUGA:Persaingan EV Memanas! Tesla Garap Mobil Listrik Harga Murah
BACA JUGA:Daftar Fitur Baru HyperOS 3: AI Lebih Cerdas, Notifikasi Interaktif, Baterai Lebih Efisien

