Tragedi Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo

Insiden ambruknya ponpeslangsung memicu operasi penyelamatan berskala besar oleh Basarnas, BPBD Sidoarjo, TNI, Polri, dan puluhan relawan dari berbagai daerah. Dalam waktu singkat, area pesantren disulap menjadi lokasi darurat evakuasi dan posko penangana--
Korban luka ringan sebagian besar telah diizinkan pulang, namun beberapa masih menjalani perawatan intensif akibat patah tulang, luka sobek, dan trauma berat.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo juga menetapkan status tanggap darurat lokal selama 7 hari untuk mempermudah mobilisasi bantuan logistik, medis, dan teknis.
Hasil penyelidikan awal dari Polres Sidoarjo dan Dinas PUPR Jawa Timur mengindikasikan bahwa kegagalan struktur akibat kelebihan beban konstruksi menjadi faktor utama penyebab runtuhnya musala.
Beberapa temuan teknis lapangan meliputi:Penambahan lantai yang tidak disertai penguatan kolom utama.Bahan bangunan lama (dibangun tahun 1990-an) yang sudah rapuh.
Proyek renovasi tanpa izin struktural resmi, hanya berdasarkan desain internal.Pengecoran dilakukan saat bangunan masih digunakan, tanpa pembatasan zona aman.
Pasca-insiden, berbagai pihak langsung turun tangan. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengunjungi lokasi kejadian dan rumah sakit tempat korban dirawat. Ia menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga santri dan berjanji akan memastikan investigasi dilakukan secara transparan.
“Kami tidak ingin tragedi seperti ini terulang. Semua pesantren di Jawa Timur akan diaudit struktur bangunannya, terutama yang sedang dalam tahap renovasi atau pembangunan,” kata Khofifah.
Sementara itu, Kementerian Agama RI menginstruksikan pendataan ulang bangunan pesantren di seluruh Indonesia.
Fokusnya adalah memastikan setiap pondok memiliki sertifikat laik fungsi bangunan, terutama untuk fasilitas umum seperti musala, asrama, dan ruang belajar.
Hari ke-6 Pencarian, Puluhan Santri Ponpes Al Khoziny Masih Hilang di Reruntuhan Bangunan
Hingga Sabtu malam (4 Oktober 2025), proses evakuasi masih terus berlanjut.Tim SAR gabungan memfokuskan pencarian di sisi timur bangunan, tempat sinyal pencarian dari drone termal menunjukkan kemungkinan adanya korban tertimbun.
BNPB juga mengirimkan alat pemantau struktur digital untuk memastikan reruntuhan yang tersisa tidak kembali roboh saat petugas bekerja. Sementara itu, ratusan relawan dari komunitas mahasiswa, PMI, dan organisasi keagamaan turut membantu menyalurkan logistik dan makanan bagi keluarga korban.
Area pesantren kini telah dipasangi garis polisi. Aktivitas belajar-mengajar sementara dipindahkan ke gedung madrasah di sisi barat kompleks yang masih aman.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengungkapkan bahwa hingga memasuki hari keenam pascakejadian ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, puluhan santri masih belum ditemukan.
Berdasarkan laporan resmi yang diterima BNPB dari pihak pesantren, tercatat sedikitnya 49 santri diduga masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan musala dan asrama.