Resmi Ditutup! Layanan Kesehatan Haji 2025 Berakhir, Angka Kematian Jemaah Turun

Resmi Ditutup Layanan Kesehatan Haji 2025 Berakhir, Angka Kematian Jemaah Turun--Kemenag

Selama masa operasional haji yang berlangsung selama sekitar 70 hari, petugas kesehatan Indonesia telah melakukan pelayanan intensif kepada ribuan jemaah. Data mencatat bahwa sebanyak 1.710 jemaah dirawat di berbagai Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Tiga diagnosis medis paling dominan adalah pneumonia, diabetes melitus, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Tak hanya perawatan medis, pelayanan kefarmasian juga mencatat angka yang signifikan, dengan total 12.396 layanan obat yang diberikan kepada jemaah. Obat yang paling banyak digunakan adalah tablet kombinasi untuk flu dan batuk, menandakan tingginya prevalensi gangguan pernapasan selama musim haji yang kerap dihadapkan dengan cuaca ekstrem dan kelelahan fisik.

Sementara itu, KKHI Madinah secara spesifik telah menangani 241 jemaah, baik dalam bentuk rawat jalan maupun rawat inap. Penyakit terbanyak yang ditangani di KKHI antara lain pneumonia, hipertensi, dan diabetes melitus, yang menjadi penyakit kronis yang umum diderita jemaah lanjut usia.

BACA JUGA:Kepulangan Jemaah Haji Debarkasi Palembang Berlanjut, Enam Jemaah Masih Dirawat di Arab Saudi

BACA JUGA:KPK Bongkar Dugaan Korupsi Kuota Haji

Layanan Berakhir, Tapi Pendampingan Masih Berlanjut

Meskipun layanan formal KKHI telah ditutup, tim kesehatan PPIH tetap menjalankan tugas pendampingan dengan melakukan visitasi dan pemantauan terhadap 43 jemaah yang masih dirawat di RSAS. Langkah ini dilakukan hingga seluruh jemaah dan tim medis kembali ke Indonesia.

Hal ini menunjukkan komitmen tinggi pemerintah Indonesia dalam memastikan seluruh jemaah mendapatkan pelayanan hingga benar-benar pulih dan bisa kembali ke Tanah Air dengan selamat.

Tantangan dan Adaptasi terhadap Kebijakan Baru

Pelaksanaan pelayanan kesehatan haji 2025 diwarnai oleh sejumlah tantangan yang cukup signifikan. Salah satu tantangan terbesar datang dari kebijakan baru Pemerintah Arab Saudi, khususnya dari Kementerian Kesehatan setempat. Tahun ini, izin operasional KKHI dibatasi hanya untuk layanan rawat jalan, dan jumlah klinik sektor juga dikurangi secara signifikan.

“Informasi mengenai kebijakan tersebut tidak disampaikan secara rinci sejak awal. Hal ini tentu saja menyulitkan kami dalam menjalankan tugas. Bahkan, beberapa kali kami mengalami inspeksi mendadak ketika pelayanan sedang berlangsung,” ujar Imran.

Namun, berkat kerja keras dan fleksibilitas seluruh tim medis, baik di Daker Makkah, Daker Madinah, hingga pos kesehatan satelit di pemondokan jemaah, layanan tetap berjalan maksimal. Petugas kesehatan berhasil menyesuaikan diri dan menjalankan protokol medis dalam berbagai keterbatasan fasilitas.

Tanazul: Penanganan Jemaah Sakit yang Perlu Dipulangkan Lebih Awal

Salah satu pencapaian penting lainnya adalah keberhasilan pelaksanaan program tanazul, yaitu pemulangan jemaah haji lebih awal karena alasan kesehatan. Tahun ini, program tanazul berjalan lancar tanpa hambatan berarti, dan seluruh jemaah yang dipulangkan lebih awal berhasil tiba di Indonesia dengan selamat, walaupun sebagian masih membutuhkan perawatan lanjutan.

“Saya melihat koordinasi yang baik antara tim Daker Makkah, Madinah, dan Bandara berperan besar dalam kelancaran program tanazul. Ini jadi bukti sinergi yang efektif di lapangan,” ungkap Imran dengan penuh apresiasi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan
IKLAN
PRABUMULIHPOSBANNER