Disnaker Prabumulih Gercep Pulangkan PMI di Singapura: Lega bisa Pulang, Puspa Dewi Jera!

Disnaker Prabumulih Gercep Pulangkan PMI di Singapura: Lega bisa Pulang, Puspa Dewi Jera!--Foto: Ros prabupos
PRABUMULIH, KORANPRABUMULIHPOS.COM - Pekerja Migran Indonesia (PMI), Puspa Dewi warga Kelurahan Karang Raja Kecamatan Prabumulih Timur Kota Prabumulih yang ada di Singapura dan meminta pulang akhirnya bisa lega.
Berapa tidak, tak butuh waktu lama setelah dirinya meminta pertolongan bantuan kepada Gubernur Sumsel, Walikota Prabumulih, dan Dinas Tenaga Kerja Prabumulih.
Kini Puspa Dewi sudah pulang dan sudah dijemput oleh Disnaker Kota Prabumulih. Dewi tiba di kantor Disnaker, pada Senin 17 Februari 2024 sekira pukul 23.00 WIB.
Puspa Dewi mengenakan jilbab coklat muda, kemeja lengan panjang, dan celana panjang hitam. Ia turun dari mobil didampingi oleh pegawai Disnaker dan BP2MI Sumsel.
BACA JUGA:Bagikan Helm ke Pengendara, Kapolres Prabumulih: Kepala Organ Vital Bisa Beresiko Fatal
BACA JUGA:Makan Sehat, Pengeluaran Hemat; Program MBG Siswa di Prabumulih Tabung Uang Jajan
Kedatangan Dewi disambut langsung oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Prabumulih, yang dipimpin oleh H Sanjay Yunus SH MH, Kepala Dinas Sosial Drs Heriyanto dan staf serta pihak keluarga.
Dewi Puspa mengungkapkan rasa terima kasih kepada Pemerintah Kota Prabumulih, Disnaker, dan BP3MI Sumsel atas bantuan yang diberikan.
“Saya sangat berterima kasih atas bantuan yang diberikan, yang membuat saya bisa kembali ke tanah air dengan selamat,” ungkapnya dengan suara pelan.
Dewi juga mengungkapkan bahwa pengalaman buruk yang dialaminya di luar negeri telah membuatnya jera.
BACA JUGA:Perdana! Foto Wako Wawako Prabumulih Terpilih Seragam Lengkap Beredar ke Publik
BACA JUGA:Puspa Dewi Segera Pulang; Pemkot Bakal Biayai Kepulangan PMI Asal Prabumulih di Singapura
“Saya jera, Pak. Saya tidak tahan dengan perlakuan majikan yang sering menekan saya dan tidak memberikan upah selama empat bulan,” kata Dewi dengan nada sedih.
Sebagai seorang ibu tunggal, Dewi mengakui bahwa kebutuhan hidup dan penghasilan yang layak mendorongnya untuk bekerja sebagai pekerja migran meskipun dalam kondisi ilegal.