Kekerasan terhadap Anak di Sumsel: Narkoba & Judi Online Jadi Pemicu

Meningkatnya Kekerasan terhadap Anak di Sumsel: Narkoba & Judi Online Jadi Pemicu--
SUMSEL, KORANPRABUMULIHPOS.COM - Kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) semakin memprihatinkan. Bentuk kekerasan yang terjadi beragam, termasuk kekerasan seksual seperti pencabulan dan pemerkosaan.
"Selama tahun 2024, Polda Sumsel mencatat sebanyak 622 kasus kekerasan terhadap anak yang dilaporkan. Selain itu, terdapat 268 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan 258 kasus kekerasan terhadap perempuan," ungkap Dirreskrimum Polda Sumsel, Kombes Pol Muhammad Anwar R SH SIK.
Kekerasan terhadap anak dan perempuan terjadi hampir di seluruh kabupaten/kota di Sumsel. Misalnya, di Kabupaten Lahat, sepanjang tahun 2024, Unit PPA Satreskrim Polres Lahat menerima 100 laporan terkait kasus ini.
"Angka ini terus meningkat setiap tahunnya," ujar Kapolres Lahat, AKBP God Parlasro Sinaga SIK, melalui Kasat Reskrim Iptu Redho Rizki Pratama STrk S.Ik MSi. Pada awal 2025 saja, sudah ada delapan kasus yang dilaporkan.
BACA JUGA:Tuduh Istri Selingkuh, Pelaku KDRT di Kota Jambi Diringkus Polisi
BACA JUGA:Motif KDRT Tempilang Masih Misteri, Pelaku Terus Diburu
Salah satu kasus yang menjadi perhatian adalah dugaan kekerasan seksual oleh seorang guru mengaji terhadap 11 santriwan dan santriwati. Saat ini, kasus tersebut masih dalam tahap penyidikan. Iptu Redho menegaskan komitmen aparat kepolisian dalam menangani kasus kekerasan seksual terhadap anak di Lahat.
Selain upaya penegakan hukum, kepolisian juga menggandeng Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Lahat serta psikolog untuk membantu pemulihan mental korban.
“Kami bekerja sama dengan instansi terkait dan tenaga profesional untuk memberikan pendampingan psikologis bagi korban,” tambahnya, didampingi Kanit PPA Polres Lahat, Ipda Juli Dwi Sumanda SH MH.
Sementara itu, UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Lahat mencatat sekitar 50 kasus pada tahun 2024, mayoritas berupa kekerasan seksual dan penelantaran anak.
BACA JUGA:Makan Siang Bersama Jajaran Kabinet, Prabowo Bahas Judi Online dan Perlindungan Anak
BACA JUGA:UPTD PPA OKI Gelar Pelatihan untuk Optimalisasi Layanan Perlindungan Anak
Kepala UPTD PPA Lahat, Vollensy, menegaskan bahwa pihaknya telah memberikan pendampingan psikologis dan rehabilitasi bagi korban melalui kerja sama dengan psikolog dan pekerja sosial.
Di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Dinas PPPA mencatat 192 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak sepanjang 2024.