Kekerasan terhadap Anak di Sumsel: Narkoba & Judi Online Jadi Pemicu

Meningkatnya Kekerasan terhadap Anak di Sumsel: Narkoba & Judi Online Jadi Pemicu--
Dari jumlah tersebut, 97 kasus merupakan kekerasan terhadap perempuan dalam bentuk fisik, psikis, dan ekonomi.
“Kami melihat pola kekerasan yang cukup kompleks dan sulit dikategorikan,” ujar Plt Kepala DPPPA Muba, Yulisa Rabiati SH MKes. Ia menekankan pentingnya kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga terkait dalam mencegah kasus-kasus kekerasan.
BACA JUGA:Mekanisme Koordinasi Perlindungan Anak, Langkah Pemerintah Melawan Terorisme
BACA JUGA:KPAI Pantau Langsung Aksi Pelajar Menolak RUU Pilkada: Fokus pada Perlindungan Anak
Selain itu, DPPPA Muba telah mengambil langkah-langkah seperti kampanye kesadaran masyarakat, pendampingan korban, serta penguatan layanan pengaduan.
Di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Kasat Reskrim Polres OKU, Iptu Redo, melalui Kasi PPA, Ipda Indra Syah Putra, mencatat 33 kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan sepanjang 2024.
Salah satu kasus yang sedang ditangani adalah dugaan pencabulan terhadap 10 siswi sekolah dasar oleh seorang oknum guru. "Pada tahun 2025 ini, kami baru menangani satu kasus," jelasnya.
Kepala UPTD PPPA OKU, Mery Herlina, menegaskan bahwa pihaknya akan memberikan perlindungan bagi korban dengan pendampingan psikologis untuk mengurangi dampak trauma yang dialami.
Di Ogan Ilir, Kepala Dinas PPPA dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB), Husnidayati, menegaskan bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak berdampak luas tidak hanya pada individu korban, tetapi juga keluarga dan masyarakat.
BACA JUGA:Ratusan Kades Muara Enim Desak Keadilan atas Kasus Kekerasan terhadap Rukiman
BACA JUGA:Alhamdulillah... Kekerasan Anak dan Perempuan di Prabumulih Turun
“Kami harus melakukan upaya pencegahan dan penanganan secara terpadu dan berkelanjutan,” ujarnya.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah pembentukan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) di 71 desa, di mana 21 desa dipimpin oleh perempuan. Berkat program ini, angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Ogan Ilir menurun dari 75 kasus pada tahun 2023 menjadi 56 kasus pada tahun 2024.
Sementara itu, di Kabupaten Musi Rawas, Lubuklinggau, dan Muratara, kasus kekerasan dalam rumah tangga juga mengalami peningkatan.
Pada tahun 2024, Kota Lubuklinggau mencatat 35 kasus KDRT, sementara di Musi Rawas terdapat 25 kasus kekerasan terhadap perempuan. Di Muratara, terdapat 20 kasus kekerasan terhadap anak, dengan 12 kasus kekerasan fisik dan 8 kasus kekerasan seksual.