KORANPRABUMUULIHPOS.COM - Sebuah serangan udara yang dilancarkan oleh Israel di wilayah Sarafand, Lebanon, mengakibatkan kehancuran besar dan banyak korban jiwa, termasuk keluarga dari seorang balita berusia dua tahun bernama Ali Khalifeh. Setelah terperangkap di bawah puing-puing selama lebih dari 14 jam, Ali berhasil ditemukan dalam kondisi hidup namun kritis.
Dalam proses penyelamatan yang berlangsung dramatis, tim evakuasi hampir kehilangan harapan sebelum akhirnya menemukan Ali yang hampir tidak bernapas di antara puing-puing. Ia segera dilarikan ke rumah sakit di Sidon, di mana kondisinya yang kritis mengharuskannya menjalani amputasi tangan kanan dan menggunakan alat bantu pernapasan.
"Ali adalah satu-satunya anggota keluarganya yang selamat," ungkap Hussein Khalifeh, pamannya. Keluarga besarnya, termasuk orang tua dan kerabat lainnya, tewas seketika saat rudal menghantam apartemen mereka. Serangan yang terjadi pada 29 September ini meratakan kompleks tempat tinggal di wilayah yang berjarak sekitar 15 kilometer selatan kota Sidon.
Lebih dari 2.600 orang dilaporkan tewas di Lebanon sejak eskalasi serangan udara Israel dimulai pada akhir September, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Lebanon. Konflik ini meluas dari Gaza ke wilayah perbatasan utara Israel dengan Lebanon, menyusul ketegangan antara Israel dan Hizbullah.
BACA JUGA:11.000 Lebih Anak Sekolah di Palestina Tewas akibat Serangan Israel
Di rumah sakit, Ali masih dalam kondisi koma yang diinduksi medis. Dokter merencanakan serangkaian operasi lanjutan di Beirut untuk persiapan pemasangan tangan prostetik. "Dia masih tertidur sejak serangan itu... Kami menunggu operasinya selesai sebelum membangunkannya," jelas Hussein.
Selain Ali, keponakan Hussein yang lain, Zainab (32), juga mengalami nasib tragis setelah terperangkap selama dua jam di bawah reruntuhan. Meskipun selamat, Zainab kehilangan seluruh anggota keluarganya dalam serangan tersebut, termasuk orang tua, suami, dan tiga anaknya yang masih kecil.
"Dia hanya bisa melihat kegelapan dan mendengar jeritan tanpa henti," tambah Hussein tentang kondisi psikologis Zainab, yang juga harus menghadapi kehilangan penglihatan pada salah satu matanya.
Tim medis menyatakan bahwa dampak psikologis yang dialami para korban seringkali lebih berat dibandingkan dengan luka fisik yang diderita. Dr. Ali Alaa El-Din yang merawat Zainab dan saudarinya, Fatima (30), menegaskan bahwa trauma mental akibat serangan ini merupakan tantangan terbesar bagi para korban yang selamat.