Pengalaman Petani Kopi Luwak di Lubuklinggau: Antara Harapan dan Tantangan
Kopi luwak dikenal sebagai salah satu kopi dengan harga tertinggi di dunia, terkenal dengan kualitasnya yang luar biasa. Namun, ironisnya, para petani di Lubuklinggau masih kesulitan mencapai harga tertinggi untuk produk mereka--
LUBUKLINGGAU, KORANPRABUMULIHPOS.COM - Kopi luwak dikenal sebagai salah satu kopi dengan harga tertinggi di dunia, terkenal dengan kualitasnya yang luar biasa. Namun, ironisnya, para petani di Lubuklinggau masih kesulitan mencapai harga tertinggi untuk produk mereka. Suharta, seorang petani kopi asal Lubuklinggau, berbagi pandangannya pada Senin (1/6) tentang fenomena ini.
Menurut Suharta, kopi luwak adalah "raja" dari semua jenis kopi, baik itu robusta maupun arabika. Harga standar kopi luwak bisa mencapai Rp100 ribu per ons, jauh di atas harga kopi biasa yang hanya berkisar Rp60 ribu per kilogram.
Di Lubuklinggau, meskipun kopi luwak tersedia, tidak banyak pembeli yang berminat. Akibatnya, banyak petani akhirnya menggunakan sendiri kopi luwak yang mereka produksi. Kopi luwak dihargai tinggi karena proses produksinya yang unik dan kualitasnya yang superior. Luwak, atau musang, hanya memakan buah kopi pilihan, menghindari buah yang masih mentah. Proses ini menghasilkan kopi dengan cita rasa khas yang sulit ditandingi.
Kopi luwak liar memiliki harga tertinggi, bisa mencapai Rp100 ribu lebih per ons. Hal ini disebabkan oleh musang yang hanya memilih buah kopi terbaik, dan pengumpulannya memerlukan waktu yang lama. Suharta berharap bahwa peningkatan harga kopi secara umum juga akan membawa keuntungan bagi kopi luwak. Setiap kali petani panen, mereka sering menemukan kotoran luwak yang mengandung biji kopi.
BACA JUGA:Pengoperasian Inclinator di Bukit Sulap: Langkah Maju Pariwisata Kota Lubuklinggau
BACA JUGA:Kolam Pemandian Air Panas Suban: Manfaat Kesehatan Terganggu Pungli
Setiap 10 hari sekali, para petani bisa mengumpulkan sekitar 1 kilogram biji kopi luwak dari sekitar tanaman kopi. Jika ada pembeli, rata-rata petani di Lubuklinggau siap menjualnya. Kopi luwak memiliki potensi ekonomi yang besar jika dikembangkan di Lubuklinggau, mengingat permintaan dari luar daerah yang cukup tinggi. Namun, saat ini fasilitas untuk mendukung pengembangan kopi luwak masih minim. Banyak petani yang hanya bisa menjual produk mereka melalui media sosial.
Petani kopi di Lubuklinggau dan Musi Rawas kini semakin giat mengelola kebun mereka, seiring dengan kenaikan harga komoditas kopi di wilayah lokal. (*)