MUARA ENIM, KORANPRABUMULIHPOS.COM - Tingginya kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sumatera Selatan menjadi perhatian serius bagi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Hal ini disampaikan oleh Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M., saat melakukan kunjungan langsung ke lokasi Karhutla di Desa Putak, Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim, pada Selasa, 1 Oktober 2024.
"Sumsel tidak seharusnya menjadi daerah yang terkenal karena Karhutla," tegas Dr. Suharyanto dalam kunjungannya.
Selama kunjungan tersebut, Kepala BNPB didampingi oleh Penjabat Gubernur Sumsel, Elen Setiadi, S.H., M.S.E., Penjabat Bupati Muara Enim, Henky Putrawan, S.Pt., M.Si., M.M., serta Komandan Korem 044 Garuda Dempo, Brigjen TNI Muhammad Thohir, S.Sos., M.M.
BACA JUGA:Bank Sumsel Babel Raih Sertifikasi ISO 37001:2016
BACA JUGA:Pemerintah Kabupaten Muara Enim: Penerimaan PPPK 2024 Berbasis Prioritas
Dalam penjelasannya, Suharyanto menekankan bahwa Sumatera Selatan sering kali mencatatkan jumlah kebakaran hutan terbanyak, sehingga BNPB memberikan dukungan yang signifikan dalam penanggulangan masalah ini.
"Tapi, kita perlu mengubah keadaan ini. Manfaatkan waktu yang ada untuk melengkapi kekurangan yang ada," ujarnya.
Ia juga berharap agar ke depan Sumsel tidak lagi menjadi sorotan negatif terkait Karhutla. Penanganan yang lebih baik diharapkan dapat menurunkan angka kebakaran.
Karhutla dapat diprediksi berdasarkan pengalaman sebelumnya, sehingga langkah antisipatif dapat diambil sebelum kejadian. Bantuan juga dapat diberikan lebih awal untuk mencegah situasi yang lebih parah.
BACA JUGA:Pengusaha Pempek di Palembang Terjerat Hukum Karena Nunggak Cicilan Mobil
BACA JUGA:Catat! Jalan Depan Makodam Palembang Ditutup Selama 3 Hari, Ini Rekayasa Lalu Lintasnya
Untuk daerah yang mengalami kesulitan dalam pasokan air, solusi seperti pembuatan embung atau sumur bor dapat dipertimbangkan.
"BNPB siap membantu dengan menyediakan 16 jenis peralatan untuk mendukung penanganan Karhutla," tambahnya.
Salah satu perlengkapan penting yang disoroti adalah flexible tank, mengingat tantangan utama adalah ketersediaan air. Oleh karena itu, Dr. Suharyanto meminta agar peralatan ini dimanfaatkan secara optimal.