KORANPRABUMULIHPOS.COM – Pegawai Negeri Sipil (PNS) di pemerintahan federal Amerika Serikat kini tengah menghadapi ancaman besar setelah Elon Musk dipercaya memimpin Department of Government Efficiency (DOGE). Dengan restu dari Presiden Donald Trump, Musk bergerak cepat menggalakkan program pengunduran diri massal bagi pegawai pemerintah.
Pendekatan Musk kali ini mirip dengan langkahnya saat mengakuisisi Twitter. Ia mengirimkan email bertajuk "Fork in the Road", memberi ultimatum kepada para pegawai untuk memilih tetap bekerja dengan standar tinggi atau mengundurkan diri. Keputusan ini disebut-sebut bertujuan memangkas anggaran federal hingga triliunan dolar.
Dampak dari kebijakan Musk mulai terasa. Lembaga seperti USAID dikabarkan dalam proses penutupan, sementara Office of Personnel Management (OPM) diminta memangkas hingga 70% pegawainya. Bahkan, General Services Administration diarahkan untuk mengurangi anggaran operasional hingga 50%.
"Elon tampaknya merasa telah membeli pemerintahan federal, dan sekarang ia mengulangi langkah yang sama seperti saat mengelola Twitter," ujar Shannon Liss-Riordan, pengacara yang sebelumnya mewakili ribuan mantan pegawai Twitter dalam gugatan PHK massal.
Pegawai Dihadapkan pada Dua Pilihan Sulit
Sumber menyebutkan bahwa pegawai federal yang tetap ingin bekerja harus memenuhi tuntutan baru pemerintahan Trump, yakni loyal, dapat dipercaya, dan siap bekerja keras. Sementara mereka yang memilih keluar akan menerima pesangon—meskipun ada kekhawatiran soal pembayaran yang tidak sesuai, seperti yang terjadi pada eks-karyawan Twitter.
Namun, pemerintah mencoba meredam keresahan. McLaurine Pinover, juru bicara OPM, menyebut program ini sebagai peluang besar bagi PNS. "Ini kesempatan langka yang menguntungkan, dirancang untuk mendukung karyawan dalam masa restrukturisasi," katanya.
Menurut Pinover, pegawai yang menerima tawaran pengunduran diri akan tetap digaji hingga September mendatang tanpa perlu bekerja. Meski demikian, kebijakan ini masih menuai pro dan kontra di kalangan pegawai federal.
Dengan langkah agresif Elon Musk, banyak pihak kini bertanya-tanya: Apakah ini awal dari revolusi besar dalam birokrasi Amerika? (*)