Teknologi Zaman Perunggu Ini Diklaim Bisa Kurangi Emisi, Seperti Apa Bentuknya?

Foto: Syed Mahmudur Rahman/Getty Images/Ilustrasi batu-bata yang sudah ada teknologi pembuatannya sejak Zaman Perunggu--

KORANPRABUMULIHPOS.COM - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menargetkan emisi nol bersih pada 2050, mendorong masyarakat global untuk mengadopsi gaya hidup dan teknologi ramah lingkungan. Tak disangka, teknologi kuno dari Zaman Perunggu ternyata dianggap mampu mengurangi emisi secara signifikan. Studi dari Stanford University yang dipublikasikan di PNAS Nexus menemukan bahwa batu bata kuno, bukan teknologi canggih, dapat menjadi solusi cepat dan murah untuk mencapai target tersebut.

Batu Bata Penyerap Panas dari Zaman Perunggu

Penelitian mengungkapkan bahwa batu bata peninggalan Zaman Perunggu dapat berfungsi sebagai pengganti energi listrik untuk mengurangi polusi, menghemat biaya, dan membantu operasional industri. Batu bata ini bekerja dengan cara menyerap panas dan menyimpannya dalam wadah terisolasi, mirip dengan teknologi yang digunakan ribuan tahun lalu dalam tungku pembuatan besi.

Untuk penggunaannya, batu bata disusun dalam tempat yang dapat menyimpan panas yang berasal dari sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin. Panas ini kemudian dilepaskan sesuai kebutuhan melalui aliran udara di antara tumpukan batu bata, yang dikenal sebagai "batu bata tahan api." Konsep ini mirip dengan baterai, tetapi lebih murah, hanya sekitar sepersepuluh dari biaya baterai listrik.

BACA JUGA:Xiaomi X Pro QLED, TV Modern dengan Teknologi Canggih dan Desain Minimalis

Efisiensi Energi dan Pengurangan Emisi

Industri yang membutuhkan suhu tinggi, seperti pabrik semen, kaca, baja, dan besi, dapat memanfaatkan teknologi ini karena batu bata mampu menyimpan panas hingga lebih dari 1.300 derajat Celsius. Dengan 17% dari total emisi karbon global berasal dari pembakaran bahan bakar fosil untuk proses industri, solusi ini dapat berkontribusi besar dalam menekan emisi.

Menurut Mark Z. Jacobson, profesor teknik di Stanford University, batu bata tahan api memiliki keunggulan signifikan dalam menyimpan panas dibandingkan baterai yang menyimpan listrik. Solusi ini juga menawarkan penghematan biaya besar, potensi transisi cepat ke energi terbarukan, dan dampak positif terhadap kesehatan, iklim, dan keamanan energi.

Komersialisasi dan Masa Depan Energi Terbarukan

Saat ini, sistem batu bata tahan api sudah dikomersilkan oleh beberapa perusahaan untuk menyimpan panas industri dan energi termal. Selain mengurangi biaya modal hingga 1,27 triliun dollar AS di 149 negara, teknologi ini juga mampu menurunkan kebutuhan energi jaringan dan kapasitas penyimpanan baterai.

Dengan potensi besar yang ditawarkan, teknologi batu bata penyerap panas dari Zaman Perunggu ini bisa menjadi jawaban untuk masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan
IKLAN
PRABUMULIHPOSBANNER