Apa yang Terjadi pada Tubuh Astronaut jika Meninggal di Luar Angkasa?
Foto: NASA/Astronaut mengambang di ruang angkasa--
KORANPRABUMULIHPOS.COM - Pernahkah Anda membayangkan apa yang akan terjadi jika seorang astronaut meninggal di luar angkasa? Apakah proses tubuh mereka berubah dibandingkan dengan di Bumi? Ini adalah pertanyaan yang sering diajukan kepada para ahli.
Menurut Jimmy Wu, kepala insinyur di Translational Research Institute for Space Health di Baylor College of Medicine, kondisi ruang hampa luar angkasa yang memiliki tekanan sangat rendah akan mempengaruhi proses pembusukan tubuh. Dalam kondisi ini, cairan dari permukaan tubuh seperti kulit, mata, mulut, telinga, dan paru-paru akan langsung berubah menjadi gas. Selain itu, pembuluh darah dekat permukaan tubuh juga bisa pecah setelah kematian.
"Air yang tersisa di tubuh akan membeku karena suhu ruang angkasa yang sangat rendah, sekitar minus 270,45 derajat Celsius. Kehilangan cairan ditambah pembekuan dapat menyebabkan kondisi seperti mumifikasi, di mana tubuh tetap utuh. Hasilnya adalah tubuh yang dehidrasi dan berada di luar angkasa," ujar Wu, seperti dikutip dari Live Science.
Bagaimana Nasib Jenazah Astronaut di Luar Angkasa?
BACA JUGA:Astronot NASA Terjebak di Luar Angkasa, Kepulangan Direncanakan pada 2025
Hingga saat ini, belum ada kasus di mana astronaut meninggal mendadak karena penyakit di luar angkasa. Sebagian besar kasus kematian astronaut di luar angkasa disebabkan oleh kerusakan pesawat luar angkasa yang merenggut nyawa seluruh awak.
Setelah kematian, penguraian tubuh astronaut akan bergantung pada apakah ada bakteri yang masih hidup di sekitarnya. Penelitian di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) menunjukkan bahwa bakteri dapat bertahan hidup di luar angkasa setidaknya selama tiga tahun. Jika bakteri ini masih hidup, mereka akan mulai mencernanya. Dalam lingkungan yang lebih hangat, proses dekomposisi bisa berlangsung lebih cepat, sementara di lingkungan yang sangat dingin, proses ini akan lebih lambat.
Radiasi kosmik yang kuat di luar angkasa juga dapat merusak tubuh dengan memecah ikatan karbon, yang menyebabkan kerusakan pada kulit dan otot.
Tubuh yang telah meninggal akan menjadi bagian dari sampah luar angkasa. Mengingat banyaknya puing-puing dan satelit yang mengorbit Bumi, jenazah astronaut berpotensi bertabrakan dengan benda-benda lain. Jika berhasil menghindari tabrakan, jenazah tersebut akhirnya akan tertarik oleh gravitasi Bumi, memasuki atmosfer, dan terbakar.
BACA JUGA:Astronot NASA Terjebak di Luar Angkasa, Kepulangan Direncanakan pada 2025
NASA telah mengembangkan kantong jenazah yang bisa mengawetkan sisa-sisa jenazah astronaut selama 48 hingga 72 jam, cukup waktu untuk kembali ke Bumi dari Stasiun Luar Angkasa Internasional. Selain itu, NASA juga sedang merancang prosedur untuk penanganan kematian selama misi.
"Industri penerbangan luar angkasa komersial juga perlu merencanakan cara untuk menangani kematian di luar angkasa," tambah Wu.