Warisan Budaya, Tanjung Telang Nugal Padi

Desa Tanjung Telang Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih kembali melestarikan tradisi dalam menanam padi di ladang kering atau huma. Foto: ist--

PRABUMULIH - Desa Tanjung Telang Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih kembali melestarikan tradisi dalam menanam padi di ladang kering atau huma. 

Tradisi ini dikenal dengan sebutan menugal, sebuah cara tanam turun-temurun yang memanfaatkan alat sederhana berupa tongkat kayu runcing.

"Nugal adalah budaya nanam padi secara tradisional secara turun temurun dari nenek moyang yang hampir hilang," kata Kepala Desa Tanjung Telang Yudiman belum lama ini. 

Disampaikan Yudiman, sudah puluhan tahun tradisi nugal tak dilakukan di Desa Tanjung Telang. "Nugal padi ini sudah hampir 20 tahun tidak di laksanakan di dusun kami," ujar Yudiman. 

Oleh karena itulah kata dia, dirinya selaku kepala desa kembali melestarikan tradisi yang hampir hilang tersebut. "Alhamdulillah hari ini tradisi itu hidup lagi. Dihadiri pak camat dan ibu camat. Kemudian pak bhabin rahmad, warga mulai dari kecil tua muda semua hadir. Kami bersama warga turun menanam padi dengan cara nugal di lahan mandiri seluas 1,5 hektar,” ucapnya mengatakan jenis benih yang ditanam yakni padi talang atau padi siamang. 

Dirinya berharap, agar kedepan tradisi tersebut dapat terus dilakukan oleh warga lainnya, sekaligus menjadi bekal pengetahuan bagi anak - anak terutama generasi muda. "Dengan acara ini, anak anak muda menjadi lebih mengenal dan tahu akan tradisi nugal," harapnya. 

Disampaikan Yudiman, rata rata warga desa Tanjung Telang merupakan petani. " Petani padi, nanas dan sebagiannya petani karet," lanjutnya. 

Meski terlihat sederhana, menugal bukan sekadar kegiatan menanam padi, jagung, atau sebagainya. Proses ini sarat dengan nilai budaya, sekaligus kebersamaan. Para laki-laki membuka lahan dan membuat lubang di tanah dengan tugal, lalu perempuan menaburkan benih ke dalamnya.

Warga bergotong royong menyelesaikan pekerjaan, menjadikan menugal tidak hanya sebagai aktivitas pertanian, tetapi juga sarana memperkuat solidaritas sosial.

Di balik kesederhanaannya, menugal memiliki peran besar dalam menjaga ketahanan pangan lokal. 

Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari Camat Prabumulih Barat, Edi Suanto, SE, M.Si, yang hadir langsung bersama perangkat desa dan tokoh masyarakat.

Tradisi nugal merupakan warisan turun-temurun yang masih dilestarikan hingga kini. Dengan menggunakan alat sederhana berupa tongkat kayu runcing, warga menanam benih padi secara bersama-sama. Bagi masyarakat Tanjung Telang, nugal bukan sekadar proses bercocok tanam, melainkan juga wujud kebersamaan, doa, dan rasa syukur.

Camat Prabumulih Barat, Edi Suanto, menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap upaya warga dalam menjaga tradisi leluhur tersebut.

 “Saya sangat bangga dengan masyarakat Desa Tanjung Telang yang tetap menjaga tradisi nugal. Ini bukan hanya soal menanam padi, tapi juga menjaga kebudayaan dan mempererat tali silaturahmi. Pemerintah kecamatan tentu akan terus mendukung kegiatan positif seperti ini,” ujar Edi Suanto dalam sambutannya.

Menurutnya, kegiatan nugal sejalan dengan visi pembangunan daerah yang menekankan pentingnya kearifan lokal dalam menunjang ketahanan pangan dan menjaga identitas budaya masyarakat pedesaan.

Sementara itu, salah seorang warga, mengaku senang kegiatan nugal kembali digelar secara bersama-sama.

“Tradisi ini membuat kami lebih kompak. Kalau kerja bareng begini rasanya ringan, selain itu anak-anak muda juga bisa belajar langsung bagaimana cara menanam padi dengan cara tradisional,” katanya. 

Dengan semangat gotong royong, warga Tanjung Telang menunjukkan bahwa modernisasi tidak harus menghapus tradisi. Mereka percaya, menjaga warisan budaya justru akan memperkuat jati diri dan mempererat solidaritas di tengah masyarakat.

Selain di Desa Tanjung Telang, sejumlah desa di Kota Prabumulih terutama di Sumsel melestarikan tradisi nugal padi.(*) 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan
IKLAN
PRABUMULIHPOSBANNER