Terkuak Isi Obrolan Telepon Luhut dan Menlu China soal Kereta Cepat
--
Jakarta - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan tetap menjaga relasi dan hubungan internasional dengan para petinggi dunia meski sedang melakukan perawatan di Singapura.
Dalam sebuah keterangan tertulis, Luhut menceritakan bagaimana ia berkomunikasi via telepon dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. Dalam percakapannya mereka sempat membicarakan kereta cepat Whoosh yang belum lama ini diresmikan.
BACA JUGA:RI & Jepang Mulai Bahas Proyek MRT Cikarang-Balaraja
Luhut mengatakan dalam percakapan tersebut Menlu China menyampaikan rasa apresiasi dan kebahagiaan Presiden Xi Jinping atas peresmian Kereta Cepat Jakarta Bandung yang telah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo secara langsung beberapa waktu yang lalu. Selain itu mereka juga merasa sangat senang karena moda transportasi ini begitu ramai digunakan.
"Rata-rata penumpang harian Kereta Cepat Whoosh saat ini mencapai hingga 18 ribu, dengan peningkatan jadwal perjalanan sejalan dengan bertambahnya minat masyarakat menggunakan kereta cepat," terang Luhut dalam keterangannya, Sabtu (11/11/2023).
BACA JUGA:Aturan Baru Terbit, Pihak Buruh Sebut Kenaikan UMP 2024 Cuma 5-7%
Selain berkomunikasi via telepon dengan Menlu China, Luhut juga sempat bertemu dengan Special US Presidential Envoy for Climate, John Kerry yang menjenguknya di Singapura. Kemudian ia juga menyempatkan diri untuk bertemu langsung dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong.
Dalam pertemuan dengan John Kerry, Luhut membahas potensi besar Indonesia dalam pemanfaatan Carbon Capture Storage di depleted reservoir dan saline aquifer yang memiliki potensi hingga 400 giga ton dan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi emisi di sektor migas dan sektor lainnya.
Setelah itu Luhut juga menyampaikan harapannya untuk bisa berdiskusi lebih lanjut dan meminta John Kerry agar dapat menghubungi White House Senior Advisor to the President for Energy and Investment, Amos Hochstein, guna membahas kerja sama di bidang critical minerals.
"Inisiatif ini dapat menghasilkan dana miliaran dolar yang akan sangat bermanfaat bagi rakyat Indonesia, serta membantu memacu perkembangan teknologi negara kita, sejalan dengan komitmen kita terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan," kata Luhut.
Pada kesempatan yang sama, Menko Luhut juga menyampaikan rasa terima kasih kepada AS atas pembebasan dana Pertamina sebesar US$ 300 juta yang sempat mengendap di Venezuela.
"Kita sebelumnya mengalami kendala karena permasalahan antara Amerika dan Venezuela, yang menyebabkan dana Pertamina tertahan selama hampir 3-4 tahun, dan Amerika telah membantu menyelesaikan hal tersebut," ungkapnya.
Luhut menambahkan bila bantuan ini menandakan hubungan baik dan kepercayaan yang kuat antara Indonesia dan Amerika, yang membuka jalan untuk kerja sama lebih lanjut di masa depan.