BEREDAR video viral seorang santri laki-laki mengalami perundungan di salah satu pondok pesantren Jambi.
Kejadian ini dilakukan oleh dua orang seniornya tepat di Asrama Pondok Pesantren Sukses, Jambi.
Korban diketahui, tengah duduk dibangku SMP dan pelaku sudah lulus sekolah SMA kemudian mengabdi di pondok pesantren tersebut.
Vido santri yang mengalami penganiayaan viral lantaran video tersebut direkam kemudian di unggah salah satu media sosial.
Santri berinisial ADP (12) diduga menjadi korban perundungan seniornya hingga dilarikan ke Rumah Sakit.
Dalam video yang di unggah salah satu akun media sosial instagram terlihat bahwa seorang laki-laki yang diketahui merupakan ayah korban tengah memeluk sang anak.
Bahkan, pada video tersebut terlihat sang ayah atau yang kerap disapa Rikarno tengah menangis tersedu-sedu sambil memeluk anaknya yang menjadi korban bullying di Ponpes Jambi.
Dari kejadian ini, korban sempat menghubungi atau menelepon sang ayah agar menjemputnya.
"Yah, kalau ayah tidak mau menyesal, jemput saya sekarang,"kata korban berinisial ADP itu.
Menurut keterangan pada akun X @frix.id, Rikarno mengungkap kejadian yang di menimpa anaknya yakni bukan kali pertama terjadi, namun melihat tidak adanya respon dari pihak guru, kasus ini lantas di geret ke Polisi.
Korban sempat menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum (RSUD) Raden Mattaher, kemudian dilakukan visum di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jambi.
Rikarno menuturkan bahwa anaknya harus menjalani perawatan di Rumah Sakit selama dua hari, karena luka lebam dibagian paha, bagian kelamin serta trauma berat yang di alami putranya itu.
"Perundungan dilakukan oleh dua orang seniornya sampai dilarikan ke rumah sakit,"tulis narasi pada akun @frix.id, dikutip pada Sabtu, 2 Desember 2023.
Dari video viral yang di alami santri tersebut lantas menuai beragam komentar dari netizen, tak sedikit dari netizen mendoakan korban dan banyak pula yang mencibir pelaku.
"Kenapa sering terjadi penganiayaan di sekolah dan juga ponpes, salah dimana? Mungkin karena sudah terbiasa viral dan tak ada hukuman tegas dan peringatan keras dari para pengajar,"tulis @masagus***