Seruan Hentikan Pengembangan AI Super, Dikhawatirkan Jadi Ancaman bagi Umat Manusia

Rabu 22 Oct 2025 - 23:12 WIB
Reporter : Tedy
Editor : Tedy

KORANPRABUMULIHPOS.COM – Ratusan tokoh dunia, mulai dari ilmuwan peraih Nobel, mantan petinggi militer, seniman, hingga anggota keluarga kerajaan Inggris, menandatangani sebuah pernyataan yang menyerukan pelarangan pengembangan kecerdasan buatan super atau superintelligence. Mereka menilai teknologi ini berpotensi menimbulkan risiko besar bagi masa depan umat manusia.

Dalam pernyataan tersebut, para penandatangan meminta agar setiap upaya menuju penciptaan AI super ditangguhkan sampai ada kesepakatan ilmiah global bahwa pengembangannya bisa dilakukan dengan aman, terkendali, dan disertai dukungan publik yang kuat.

Pernyataan ini digagas oleh sekelompok peneliti AI yang khawatir dengan pesatnya kemajuan teknologi. Lebih dari 800 tokoh ternama telah menandatangani dokumen tersebut, termasuk pakar AI Geoffrey Hinton, mantan Kepala Staf Gabungan AS Mike Mullen, musisi Will.i.am, mantan penasihat Gedung Putih Steve Bannon, serta Pangeran Harry dan Meghan Markle.

Seruan ini menambah daftar panjang desakan untuk memperlambat laju pengembangan AI, di tengah kekhawatiran bahwa teknologi ini dapat mengubah struktur ekonomi dan budaya global. Sementara itu, raksasa teknologi seperti OpenAI, Google, dan Meta terus menginvestasikan miliaran dolar untuk memperkuat model AI mereka, membangun pusat data, dan menyematkan fitur AI ke berbagai produk.

Sebagian peneliti percaya AI sedang mendekati fase kecerdasan umum buatan (AGI), yakni kemampuan sistem untuk melakukan tugas-tugas intelektual layaknya manusia. Jika tahap ini tercapai, langkah berikutnya diyakini bisa menuju superintelligence — sistem AI yang bahkan lebih pintar dari manusia paling cerdas sekalipun.

Inisiatif pernyataan ini berasal dari Future of Life Institute (FLI), organisasi nirlaba yang menyoroti risiko global dari teknologi seperti nuklir, bioteknologi, dan AI. Tokoh seperti Elon Musk pernah menjadi salah satu pendukung awalnya, sementara Vitalik Buterin, pendiri Ethereum, tercatat sebagai salah satu donatur terbesarnya.

Direktur Eksekutif FLI, Anthony Aguirre, yang juga fisikawan di University of California, menilai perkembangan AI berjalan jauh lebih cepat daripada pemahaman masyarakat umum.

“Pada dasarnya, arah perkembangan ini ditentukan oleh perusahaan dan sistem ekonomi yang mendorong mereka, bukan oleh pilihan publik,” ujarnya. “Padahal, kita perlu bertanya: apakah ini benar-benar masa depan yang kita inginkan? Apakah kita siap jika AI menggantikan peran manusia?”

Menurut Aguirre, dunia membutuhkan lebih banyak diskusi publik dan kebijakan nyata untuk mengatur arah pengembangan AI. Ia bahkan membuka kemungkinan adanya perjanjian internasional mengenai AI canggih, seperti halnya kesepakatan global untuk senjata nuklir dan teknologi berbahaya lainnya.

“Publik sebenarnya tidak menginginkan perlombaan ini,” tegas Aguirre. “Sudah saatnya kita berhenti sejenak dan memutuskan bersama ke mana arah teknologi ini akan dibawa.”

Tags :
Kategori :

Terkait