Pernah Menjahit Seragam NATO, Sritex Kini Menjahit Kenangan Pahit

Senin 03 Mar 2025 - 08:04 WIB
Reporter : Dina M
Editor : Ros Suhendra

Meski sempat tangguh menghadapi pandemi Covid-19 di 2020, bahkan mampu memproduksi 45 juta masker hanya dalam waktu tiga minggu, tekanan finansial perlahan menumpuk. Permintaan global turun drastis, sementara utang perusahaan terus membengkak.

BACA JUGA:Stok Beras Nasional Aman Selama Ramadan 2025

BACA JUGA:KAI Divre III Bolehkan Penumpang Bawa Makanan dan Minuman untuk Buka Puasa di LRT Sumsel

Sritex juga harus menghadapi persaingan ketat dari negara-negara dengan ongkos produksi lebih murah, seperti Vietnam dan Bangladesh. Kombinasi antara lemahnya pengelolaan keuangan dan tekanan pasar global inilah yang membuat Sritex tersungkur.

Puncaknya, pada 21 Oktober 2024, Pengadilan Niaga Semarang resmi menyatakan Sritex pailit. Keputusan tersebut menjadi pukulan telak bagi ribuan karyawan yang selama ini menggantungkan hidup mereka pada perusahaan.

Tanggal 1 Maret 2025, yang bertepatan dengan hari pertama Ramadhan, menjadi babak pilu dalam sejarah Sritex. Sebanyak 10.665 karyawan resmi diberhentikan. Suasana haru menyelimuti pabrik Sritex di Sukoharjo, Jawa Tengah.

Ribuan pekerja yang telah mengabdi puluhan tahun harus merapikan barang-barang pribadi mereka. Seragam kerja yang selama ini menemani pun dijadikan kenang-kenangan, lengkap dengan tanda tangan rekan-rekan seperjuangan.

BACA JUGA:Lubuklinggau Luncurkan Program Seragam Gratis untuk Semua Siswa, Tanpa Terkecuali!

BACA JUGA:Jangan Salah Pilih, Ini Cara Membedakan Kurma Bagus Tanpa Gula

"Rasanya seperti perpisahan sekolah, tapi jauh lebih menyakitkan," ujar Agusti, seorang karyawan yang sudah bekerja di Sritex lebih dari 20 tahun.

Meski pahit, harapan masih menyala. Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan memastikan akan mengawal pencairan hak-hak pekerja, mulai dari Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), hingga Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Selain itu, kabar baik berembus dari proses negosiasi dengan calon investor baru. Jika kesepakatan tercapai, diharapkan pabrik Sritex bisa kembali beroperasi dan para mantan karyawan berpeluang dipanggil kembali bekerja.

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, turut bergerak cepat. Ia memastikan 8.000 lowongan kerja baru telah disiapkan di perusahaan-perusahaan lain di wilayah Sukoharjo dan sekitarnya, sebagai bentuk dukungan bagi para eks-karyawan Sritex.

BACA JUGA:Smartphone Terbaru dengan Performa Tinggi Dikelasnya, Ini Spesifikasi Poco M7 5G

BACA JUGA:Ramalan Shio Ayam, Shio Macan, Shio Kelinci, Shio Naga, Shio Kambing Hari Ini

Kisah kejatuhan Sritex menjadi pengingat bahwa tak ada perusahaan yang benar-benar kebal dari krisis. Di balik kejayaan yang gemilang, manajemen keuangan yang rapuh dan ketidakmampuan beradaptasi dengan dinamika pasar global bisa menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Kategori :