Mufasa: Awal Retaknya Persaudaraan yang Tak Terlupakan

Kamis 19 Dec 2024 - 20:30 WIB
Reporter : Tedy
Editor : Tedy

KORANPRABUMUULIHPOS.COM - Simba (Donald Glover), kini menjadi raja Pride Lands, sedang menantikan kelahiran anak keduanya bersama Nala (Beyoncé). Di tengah persiapan ini, ia harus meninggalkan putri sulungnya, Kiara (Blue Ivy Carter), di bawah pengawasan Pumbaa (Seth Rogen) dan Timon (Billy Eichner).

Namun, Kiara merasa tidak aman akibat ketakutannya terhadap badai besar yang melanda wilayah tersebut. Untungnya, Rafiki (John Kani) hadir dan menghiburnya dengan kisah mendalam tentang sang kakek, Mufasa (Aaron Pierre). Kisah ini mengungkap perjalanan Mufasa yang berliku sejak kecil, termasuk pertemuannya dengan Taka (Scar) yang diperankan oleh Kelvin Harrison Jr.

Mufasa kecil yang sempat terpisah dari keluarganya, mengalami penolakan dari komunitas barunya yang menganggapnya sebagai ancaman. Seiring waktu, ia mulai diterima, tetapi kedamaian mereka terganggu oleh kedatangan kawanan singa putih yang dipimpin oleh Kiros (Mads Mikkelsen). Dalam perjuangannya, Mufasa bersama Taka dan teman-temannya mencari tempat baru yang mereka sebut sebagai Milele.

Review

Barry Jenkins, sutradara Moonlight, berhasil menghadirkan nostalgia sekaligus membawa inovasi dalam Mufasa: The Lion King. Film ini memperbaiki kekurangan yang dirasakan dari remake The Lion King (2019) arahan Jon Favreau, dengan pencapaian teknis yang memukau dan emosi mendalam yang lebih kuat.

Visualisasi hewan seperti gajah, jerapah, dan burung tampak sangat alami, menghindari kesan kaku atau seperti animasi plastik. Ekspresi wajah para singa berhasil menciptakan kedalaman emosional yang jarang ditemukan di film sebelumnya.

Meski cerita rivalitas antara Mufasa dan Taka terasa familiar, Jenkins menambahkan elemen baru yang memperkuat dinamika hubungan keduanya. Penonton dapat merasakan bagaimana benih permusuhan di antara saudara ini tumbuh dari cinta dan kepercayaan yang awalnya terjalin erat.

Naskah karya Jeff Nathanson tetap setia pada semangat cerita orisinalnya, sering kali menyelipkan referensi dan adegan yang menghubungkan cerita dengan film klasiknya. Misalnya, adegan Taka menyelamatkan Mufasa menjadi cikal bakal dari tindakan penting di masa depan. Namun, hal ini mungkin terasa kurang segar bagi penonton lama, karena lebih banyak mengandalkan nostalgia daripada menawarkan sesuatu yang benar-benar baru.

Untungnya, keindahan visual dan sinematografi dari James Laxton membuat film berdurasi 118 menit ini tetap memukau. Lanskap-lanskap Afrika yang megah dan pergerakan kamera yang dinamis menciptakan pengalaman sinematik yang memanjakan mata.

Lagu-lagu karya Lin-Manuel Miranda menambah kekuatan emosional film ini tanpa terasa mengganggu. Salah satu lagu ikonik, Tell Me It's You, menjadi latar yang sempurna untuk menggambarkan hubungan cinta Mufasa dan Sarabi, sekaligus memperlihatkan rasa cemburu yang membakar hati Taka. Lagu ini memberikan kedalaman baru pada motivasi Taka untuk membenci saudaranya.

Secara keseluruhan, Mufasa: The Lion King adalah tontonan yang menarik, menawarkan perpaduan nostalgia dan inovasi yang memuaskan untuk keluarga. Film ini melanjutkan tradisi keajaiban Disney yang selalu berhasil menyentuh hati penonton dari berbagai generasi. (*)

Kategori :