Walikota Prabumulih Geram! Rumah Sakit Swasta Diduga Abaikan Anaknya yang Butuh Operasi

Walikota Prabumulih Geram, Rumah Sakit Swasta Diduga Abaikan Anaknya, Mengabaikan Pasien yang Butuh Operasi--prabupos
PRABUMULIH, KORANPRABUMULIHPOS.COM – Malam penuh kepanikan berubah menjadi amarah, ketika putra Walikota Prabumulih, H Arlan, mengalami cedera serius di bagian kepala, namun diduga tak segera mendapatkan penanganan medis dari sebuah rumah sakit swasta di kota tersebut, Kamis 24 Juli 2025.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, bocah berinisial M itu mengalami luka berat yang berpotensi memerlukan operasi kepala mendesak.
Namun, alih-alih mendapatkan pertolongan cepat, keluarga justru harus menghadapi sikap tim medis yang terkesan menunda tindakan hingga keesokan paginya.
Ironisnya, Walikota Arlan yang datang dalam kondisi panik hanya didampingi istri tanpa pengawalan resmi. Bukannya disambut tindakan medis cepat, ia malah mendengar saran agar operasi dilakukan esok hari. Situasi tersebut memicu kekecewaan mendalam sekaligus kemarahan sang walikota.
BACA JUGA:Ribuan Warga Serbu Pasar Murah di Taman Kota Prabu Jaya, Harga Cabe Merah Cuma Rp8 Ribu!
BACA JUGA:Sungai Kering, Ikan Sapu - Sapu di Kelekar Prabumulih Mati; Bau Menyengat Warga Resah!
“Au deng nian (iya, benar),” jawab Walikota Arlan singkat saat dikonfirmasi wartawan, membenarkan kejadian yang dialaminya.
Tak ingin membuang waktu dan mengambil risiko, Walikota Arlan memutuskan memindahkan putranya ke rumah sakit lain di kota yang sama. Di rumah sakit kedua, petugas medis sigap langsung menangani kondisi M.
Anak Walikota tersebut akhirnya menjalani operasi dan mendapatkan 12 jahitan di bagian kepala. Kini kondisinya dilaporkan stabil.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Prabumulih, Djoko Listyano, angkat bicara terkait insiden ini. Ia memastikan pihaknya sudah turun tangan untuk menyelidiki dugaan kelalaian rumah sakit pertama.
BACA JUGA:Tak Masuk Zona Rawan, Prabumulih Tetapkan Siaga Karhutlah dan Kekeringan!
BACA JUGA:Samsat Prabumulih Sulap Pekarangan Kantor Jadi Kebun Sayur, Dukung Gerakan Sumsel Mandiri Pangan
“Ini memang bukan penolakan total, tetapi bentuk penghambatan pelayanan. Dalam kondisi gawat darurat, harusnya tindakan medis dilakukan segera, bukan ditunda,” tegas Djoko, Jumat 25 Juli 2025.
Djoko juga menilai alasan rumah sakit yang mengaitkan penundaan operasi dengan pertimbangan penggunaan anestesi, tidak dapat dibenarkan. Terlebih, korban adalah anak-anak yang mengalami luka serius.