Menteri KP Sebut Pakan Ikan RI Mayoritas Masih Impor
Menteri KP - Foto: dok. KKP--
Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono, mengungkap bahwa sebanyak 89% bahan pakan budidaya ikan nasional masih bersumber dari luar negeri alias impor. Menurutnya, hal ini bisa menyulitkan Indonesia dalam jangka panjang.
"Kita belum punya kemampuan subsitusi pakan, yang terjadi seluruh (bahan) pakan kita masih impor. Jumlahnya kurang lebih 89% itu impor. Ini repot kalau impornya ditutup budidaya akan kesulitan," ungkap Sakti dalam sambutannya di agenda Pertemuan Nasional Pembangunan Perikanan Budidaya Berbasis Ekonomi Biru: Sinergitas Pusat dan Daerah Menuju Perikanan Budidaya yang Modern, Mandiri, dan Berkelanjutan di Ritz Carlton Pacific Place, Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (18/12/2023).
Alhasil, Sakti menilai situasi ini harus menjadi perhatian banyak pihak. Ia pun menghimbau agar Masyarakat Akuakultur Indonesia dan perguruan tinggi mengambil langkah taktis.
Salah satu caranya, adalah merencanakan substitusi pakan alternatif. Alhasil, Sakti menilai Indonesia bisa belajar dari berbagai negara maju.
Menurutnya, tidak ada salahnya Indonesia belajar dari negara maju soal pakal alternatif. Pasalnya, ia menilai Indonesia akan ketinggalan jika tidak menguasai pengetahuan tersebut.
"Tidak ada salahnya kita belajar ke negara maju, dan kita lakukan di negara kita agar cepat paling tidak setara, karena kebutuhan protein terus meningkat. Apabila kita tidak mampu melakukan itu, ujungnya kita akan jadi negara yang sangat ketinggalan (soal pakan ikan," jelasnya.
Diwawancarai terpisah, Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) TB Haeru Rahayu, menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen utama pakan ikan. Ketiganya adalah karbohidrat, protein, dan lemak.
TB, sapaannya, menjelaskan bahwa Indonesia masih mengimpor bahan pakan ikan karena kemampuan industri dalam negeri untuk menyuplai bahan pakan ikan belum mumpuni.
"Protein salah satunya tepung ikan, itu masih impor karena produksi butuh suplai material luar biasa. Kedelai juga masih dari Brazil itu salah satu yang dominan," jelasnya.
"Nah yang (sumber pakan dari) lokal ada tidak? Ada tapi tidak cukup. Sektor swasta butuhnya kontinuitas. Ini bisa mengganggu cashflow," bebernya.
Oleh sebab itu, pada Oktober lalu, ia menjelaskan KKP menggandeng setidaknya 173 kampus untuk mendorong riset mengenai bahan pakan lokal, di antaranya seperti Universitas Indonesia, Universitas Hassanuddin, dan Universitas Airlangga. Menurut TB. Upaya tersebut diharapkan dapat mendorong produksi bahan pakan ikan Indonesia.
"Itu buat mendorong riset mengenai bahan pakan ikan itu," ujar dia. (dc)