Bisakah Manusia Hidup di Bumi Tanpa Merusaknya?
--
KORANPRABUMULIHPOS.COM – Gaya hidup manusia sering disebut sebagai penyebab utama kerusakan lingkungan di Bumi. Namun, apakah ada cara bagi manusia untuk hidup tanpa merusak planet ini? Menurut Klaus Hubacek, dosen dan peneliti dari Universitas Groningen, Belanda, hal ini mungkin saja terjadi. Dalam studinya yang dipublikasikan di jurnal Nature, Hubacek bersama Yu Liu Shao mengungkapkan beberapa langkah yang dapat diambil untuk mewujudkannya.
Namun, Hubacek menekankan bahwa keberhasilan upaya ini membutuhkan kebijakan ilmiah yang kuat dan kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan tersebut. "Kita butuh kebijakan berbasis bukti, bukan hanya keputusan politik tanpa arah," ungkapnya.
Langkah Hidup Tanpa Merusak Planet
1. Mematuhi Batas Planet
Pada 2009, ilmuwan menetapkan sembilan indikator yang disebut batas planet, seperti tingkat pengasaman laut dan penggunaan air tawar global. Melewati batas ini berarti menyebabkan kerusakan permanen pada stabilitas Bumi.
Sayangnya, pada 2023, enam dari sembilan batas tersebut telah dilanggar. Shao dan Hubacek meneliti cara agar pelanggaran ini tidak berlanjut dan bahkan mengembalikan kondisi ke batas aman.
2. Mengubah Pola Konsumsi
Penelitian mereka menunjukkan bahwa dampak konsumsi pada lingkungan bisa berkurang 25-53 persen jika 20 persen penduduk terkaya di dunia mengadopsi pola konsumsi yang berkelanjutan.
- Kurangi konsumsi daging merah: Mengganti dengan kacang-kacangan dan polong-polongan dapat secara signifikan menurunkan emisi gas rumah kaca terkait makanan.
- Daur ulang dan kurangi limbah: Mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang produk dapat membantu mengurangi sampah plastik dan non-plastik.
Perubahan ini, terutama di sektor makanan dan jasa, dapat membantu mengembalikan batas planet yang kritis ke kondisi aman.
3. Gaya Hidup yang Lebih Ramah Lingkungan
Penelitian lain yang dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change oleh Yanxian Li dan tim menunjukkan bahwa jika satu persen orang terkaya di dunia mengurangi konsumsi daging merah, emisi makanan global bisa turun hingga 17 persen.
Namun, perubahan ini harus disesuaikan dengan konteks lokal. Misalnya, pola makan berbasis tumbuhan tidak cocok untuk masyarakat nomaden di Mongolia yang bergantung pada hasil peternakan tradisional.
Tantangan Kebijakan
Hubacek menekankan bahwa meskipun ada banyak cara menyelamatkan Bumi, upaya ini akan sia-sia jika pemerintah terus mendukung aktivitas merusak lingkungan, seperti memberikan subsidi besar pada bahan bakar fosil tanpa memperhitungkan dampaknya.
"Kita melihat kebijakan yang tidak konsisten, seperti mendorong penggunaan energi ramah lingkungan tetapi menaikkan harga listrik," ujarnya.
Ada Harapan, Asalkan…
Menurut Hubacek, menyelamatkan Bumi memerlukan komitmen kolektif. Perubahan gaya hidup, pola konsumsi, dan kebijakan pemerintah yang mendukung keberlanjutan harus berjalan beriringan. Meski tantangan besar, langkah-langkah ini memberikan harapan untuk masa depan planet yang lebih baik. (*)