GURU HEBAT, INDONESIA KUAT (Memaknai Hari Guru Nasional Tahun 2024)
Suci Hidayati, S.Pd.I Guru PAI BP SMK Negeri 1 Prabumulih--
Ternyata, Ki Hajar Dewantara yang sebenarnya bernama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, lahir pada 2 Mei 1889. Ia bukan hanya seorang pendidik, tetapi juga seorang pemikir, budayawan, dan tokoh pergerakan nasional.
Konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara mencakup prinsip bahwa pendidikan harus menyentuh aspek holistik individu, tidak hanya aspek kognitif tetapi juga moral, emosional, dan fisik.
BACA JUGA:Kombel Jadi Wadah Komunikasi Belajar Bersama
Sedangkan salah satu sumbangsih terbesar Ki Hajar Dewantara adalah mendirikan sekolah Taman Siswa pada 1922. Taman Siswa menjadi lembaga pendidikan yang membuka pintu bagi anak-anak pribumi untuk mendapatkan pendidikan formal. Semangatnya untuk memajukan pendidikan bangsa menjadi inspirasi utama pemilihan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional.
Makna HGN
Peringatan HGN yang kita peringati setiap tahun, jangan hanya sekedar seremoni saja. Tapi harus benar-benar mengandung makna untuk kemajuan bangsa tercinta Indonesia. Pada peringatan HGN tahun 2024 ini, Indonesia mengusung tema "Guru Hebat, Indonesia Kuat".
Pertanyaannya apa maksudnya tema "Guru Hebat, Indonesia Kuat"? Mari kita telaah bersama. Dari tema ini, ada pesan tegas untuk para guru sebagai pejuang pendidikan, yakni Indonesia akan kuat jika memiliki guru yang hebat. Atau makna lainnya, negeri Indonesia akan kuat jika memiliki guru - guru yang hebat.
Pertanyaannya kemudian, mengapa harus guru?
Marilah kita berkaca dengan Negara Jepang tahun 1945 silam. Pada 1945, saat Perang Dunia II berlangsung, AS dan sekutunya menjatuhkan bom atom berkekuatan dahsyat di kota Hiroshima dan Nagasaki.
BACA JUGA:27 November Libur Nasional
BACA JUGA:Kombel Jadi Wadah Komunikasi Belajar Bersama
Kerugian yang dialami Jepang begitu besar, tidak hanya secara materi, jumlah nyawa yang melayang akibat bom atom inipun terbilang sangat besar. Imbasnya, Jepang mengalami kelumpuhan total, yang akhirnya membawa negara tersebut pada kekalahan telak dari sekutu.
Ketika mendengar berita pemboman tersebut, Kaisar Hirohito selaku pemimpin tertinggi Jepang pada saat itu langsung mengumpulkan para Jenderal yang tersisa. Kaisar berkata, "Wahai para prajuritnku. Berapa guru yang tersisa saat ini?"
Para jenderal dan prajurit pun heran. Mengapa yang ditanyakan berapa guru yang tersisa? Mengapa tidak ditanyakan berapa kekuatan prajurit dan alat tempurnya?
Menanggapi perkataan ini, Kaisar Hirohito mengatakan bahwa Jepang telah jatuh. Kejatuhan ini dikarenakan mereka tidak belajar. Jenderal dan tentara Jepang boleh jadi kuat dalam senjata dan strategi perang, tetapi tidak memiliki pengetahuan mengenai bom yang telah dijatuhkan Amerika.