Habis Panas Muncul Hujan Es, Ini Kata Pakar dan BMKG
Editor: Ros Suhendra
|
Minggu , 03 Nov 2024 - 11:01
Ilustrasi turun hujan --Foto: freepik
KORANPRABUMULIHPOS.COM - Setelah beberapa hari mengalami cuaca panas dan kering tanpa hujan, wilayah di Indonesia tiba-tiba disambut oleh hujan deras yang juga menghadirkan fenomena langka, yaitu hujan es.
Kejadian ini bukan hanya menarik perhatian masyarakat, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terkait dampak yang mungkin ditimbulkannya.
Dr. Ir. Amien Widodo M.Si, peneliti senior di Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS, menjelaskan penyebab hujan es yang jarang terjadi di Indonesia.
Ia menyatakan bahwa hujan es terjadi akibat terbentuknya awan Cumulonimbus (Cb) yang besar dan gelap, sering kali tampak seperti jamur.
Menurut Amien, “Awan ini muncul di awal hingga akhir musim hujan dan dapat menghasilkan hujan es karena adanya aliran udara yang turun dengan kecepatan tinggi.” katanya.
Ia melanjutkan bahwa awan Cb terbentuk ketika udara hangat yang naik bertemu dengan udara dingin di bagian atas atmosfer.
Jika suhu permukaan cukup rendah, uap air dalam awan akan membeku menjadi butiran es. Ketika butiran ini tidak bisa ditahan lagi oleh aliran udara, ia akan jatuh sebagai hujan es.
“Dalam kondisi suhu permukaan yang rendah, hujan yang turun bisa berupa es dengan ukuran bervariasi,” jelasnya.
Lebih mengkhawatirkan lagi, awan Cb juga bisa menghasilkan angin puting beliung.
“Awan ini berpotensi membawa angin yang sangat kencang, yang dapat memperparah dampak dari hujan es,” tambahnya. Puting beliung ini dapat mengancam keselamatan dan menyebabkan kerusakan serius pada bangunan dan infrastruktur.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga memperhatikan fenomena cuaca ekstrem ini.
BMKG mencatat bahwa perubahan iklim global menyebabkan kondisi cuaca menjadi semakin tidak menentu dan ekstrem, yang berdampak pada Indonesia dengan munculnya hujan es dan puting beliung yang sebelumnya jarang terjadi.
“Perubahan iklim nyata adanya, dan kita perlu menyadari bahwa situasi ini akan semakin memburuk jika tidak diatasi dengan serius,” ungkap perwakilan BMKG.
Dr. Amien menambahkan bahwa fenomena hujan es yang dulunya dianggap biasa kini dapat berubah menjadi ancaman bencana. “Hujan es berukuran besar bisa merusak kaca atau genting rumah, dan kerusakan akan lebih parah jika disertai angin puting beliung,” ujarnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama saat musim hujan. Masyarakat disarankan untuk tidak panik tetapi tetap waspada, mengingat fenomena hujan es sulit diprediksi.
“Meski tidak semua awan Cb menyebabkan hujan es atau angin puting beliung, masyarakat perlu mempersiapkan konstruksi bangunan yang lebih kuat untuk menghadapi potensi bencana yang mungkin terjadi,” tambah Amien.
Kejadian ini menjadi peringatan bahwa perubahan iklim sedang berlangsung dan dampaknya sudah mulai dirasakan. Meskipun tidak bisa diprediksi secara tepat, hujan es menunjukkan bahwa cuaca ekstrem akan semakin sering terjadi di masa mendatang.(*)