KORANPRABUMULIHPOS.COM – Kehadiran food vlogger masih menimbulkan pro dan kontra, terutama di kalangan pelaku usaha kuliner. Baru-baru ini, sebuah warung rawon legendaris harus menutup usahanya setelah mendapat ulasan dari seorang food vlogger.
Food vlogger memang seringkali memiliki pengaruh besar—bisa memberikan manfaat atau, sebaliknya, merugikan usaha kuliner yang mereka ulas. Dengan alasan promosi, banyak yang malah membuat bisnis tersebut kesulitan, terutama ketika ulasan yang diberikan tidak didasarkan pada pemahaman mendalam mengenai makanan yang diulas.
Seorang food vlogger menjadi perhatian publik setelah ulasannya tentang sebuah warung rawon legendaris menyebabkan penutupan tempat makan tersebut. Kejadian ini ramai diperbincangkan setelah diunggah oleh akun X @txtdrkuliner pada 2 Oktober 2024, di mana food vlogger dengan nama pengguna @debiprt_ dianggap bertanggung jawab atas merosotnya bisnis warung rawon yang telah berdiri selama hampir dua dekade.
Warung yang dimaksud adalah Warung Makan Mamiku di Yogyakarta, yang sudah beroperasi selama 19 tahun. Sayangnya, akibat ulasan negatif yang diberikan oleh Debi, warung ini mengalami penurunan drastis dalam bisnisnya.
Sebagai tempat makan legendaris, Warung Makan Mamiku tidak pernah mengklaim bahwa rawon mereka adalah yang terbaik di Yogyakarta. Para pelanggan setia datang karena rasa otentik yang ditawarkan. Namun, ulasan Debi berisi kritik tajam terhadap rasa dan penyajian rawon tersebut.
"...Kuahnya terlalu asin. Taugenya yang dipisah malah menambah rasa langu, dan rasanya mengganggu karena disiram dengan kuah panas. Dicampur kemangi juga terasa tidak cocok karena ini bukan pecel lele. Rasanya mirip soto, hanya saja kuahnya lebih hitam karena kluwek, tapi tanpa aroma tinta cumi dan tanpa aftertaste pahit," kata Debi dalam videonya.
Ulasan ini memicu kemarahan netizen, yang membuat akun Instagram @debiprt_ hilang dari platform tersebut. Dalam videonya, rawon yang disajikan sebenarnya tampak seperti rawon khas Jawa Timur, dengan kecambah, telur asin, kemangi, dan nasi yang dipisah. Rawon Jawa Timur memang dikenal menggunakan kluwek untuk menghasilkan warna hitam pada kuahnya, dan tidak pernah menggunakan tinta cumi.
Banyak netizen mengecam tindakan Debi. Salah satu komentar menyatakan, "Food vlogger yang nggak bisa masak, lidahnya terbatas, dan nggak punya pengalaman di dunia F&B, nggak perlu terlalu didengarkan."
Menurut laporan dari detik (2/10), Debi sudah meminta maaf melalui pesan WhatsApp kepada pemilik warung. Ia mengaku tidak memiliki niat untuk merugikan atau menjatuhkan Warung Makan Mamiku dengan ulasan tersebut.