KORANPRABUMULIHPOS.COM - Meneliti keterkaitan antara Matahari, angin surya, magnetosfer, ionosfer, atau termosfer serta dampaknya pada kehidupan di Bumi adalah salah satu tantangan terbesar dalam penelitian cuaca antariksa. Tantangan lainnya adalah masalah instrumentasi dalam penelitian ini.
Rizal Suryana, ST., M.Sc, Peneliti Ahli Muda dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam acara live DOFIDA di kanal YouTube BRIN yang bertajuk 'Pengamatan Sains Antariksa Berbasis Satelit', mengungkapkan bahwa Indonesia masih mengandalkan alat-alat pengamatan cuaca antariksa dari luar negeri.
“Kita belum memiliki alat buatan sendiri untuk mengamati parameter cuaca antariksa. Ini menjadi salah satu tantangan utama yang harus kita hadapi,” ujar Rizal.
Saat ini, riset dan pengembangan terkait cuaca antariksa semakin gencar dilakukan, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap kehidupan di Bumi. Seiring dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya minat masyarakat, penelitian tentang cuaca dan iklim antariksa perlu terus ditingkatkan.
BACA JUGA:Bermacam Aroma Antariksa Menurut Astronaut, Uranus Bau Kentut!
“Kita sudah mulai melangkah ke arah yang tepat, tetapi tantangan-tantangan ini masih perlu diatasi. Jumlah sumber daya manusia (SDM) yang ada juga masih perlu ditingkatkan dan diperluas,” tambah Rizal.
Untuk menghadapi tantangan ini, Pusat Riset Antariksa BRIN aktif mengajak para peneliti muda untuk bergabung dan membuka kesempatan kolaborasi riset yang lebih luas.
“Selama ini, kita telah menjalin kolaborasi internasional dengan berbagai institusi di Nagoya, Kyoto, Jerman, dan lainnya. Kami sangat terbuka untuk kolaborasi, sehingga bisa menghasilkan kajian-kajian dan makalah bertaraf internasional,” jelas Rizal.
BRIN juga mengundang mahasiswa dan kampus-kampus untuk terlibat dalam penelitian terkait sensor-sensor yang dibutuhkan untuk pengamatan cuaca antariksa berbasis satelit.
BACA JUGA:Kasus-Kasus Terkait Keterlambatan Pulang Para Astronaut Terjebak di Antariksa
“Saya mengajak teman-teman yang berminat menjadi peneliti untuk bergabung dengan BRIN, baik melalui magang riset maupun penelitian, terutama bagi yang tertarik dengan sensor-sensor satelit. Semoga program ini dapat berkontribusi pada kemajuan riset antariksa di Indonesia,” tutup Rizal. (*)