"Maka dari itu, saya terinspirasi dari sana. Saya ingin memberikan semangat bahwa pekerjaan dokter adalah pekerjaan yang mulia. Jadi, saya ingin mengangkat peran dokter menjadi karakter utama dalam game Potion Permit," lanjutnya.
Pixel Art
Potion Permit mengajak pemain menjadi ahli kimia yang meracik obat untuk menyembuhkan warga kota Moonbury. Berbeda dengan kebanyakan game yang menonjolkan visual, game ini mengadopsi tampilan pixel art, sehingga lebih unik.
Andika mengaku ada alasan mengapa tampilan Potion Permit dibuat dengan pixel art, yaitu keterbatasan sumber daya.
"Konsep pixel art sangat sesuai dengan kapabilitas tim kami. Dari segi gaya dan kualitas, tim kami sangat bisa mencapainya saat itu. Jadi, kami memutuskan untuk mengambil arah tersebut," terangnya.
Butuh empat tahun bagi Andika dan tim untuk mengeksekusi ide hingga Potion Permit resmi dirilis pada 2022. Salah satu kendala yang membuat pengembangan game ini memakan waktu lama adalah pandemi COVID-19.
Kondisi ini membuat tim MassHive Media yang tadinya bekerja di kantor harus menjalankan work from home (WFH). Selain itu, belum banyak game sejenis sehingga Andika kesulitan menentukan model bisnis untuk Potion Permit.
"Potion Permit mungkin sedikit eksperimental. Dalam arti kami ingin membuat game bertani yang tidak ada pertaniannya. Tidak ada model bisnis atau produk game lain yang bisa dijadikan referensi. Jadi, semua yang diimplementasikan harus coba-coba, dan kami sendiri harus memahami arah produk ini karena tidak bisa mencontoh game lain," papar Andika.
"Itu yang menjadi tantangan sehingga kami mengalami proses maju-mundur, coba-coba, perbaikan terus-menerus sampai akhirnya produk ini siap dan matang," lanjutnya.
Populer di Eropa dan AS
Potion Permit dirilis sebagai game berbayar dan dapat diunduh di berbagai platform, mulai dari iOS, iPadOS hingga Steam. Karena versi mobile baru hadir pada Februari 2024, sebagian besar pemain menggunakan komputer dan konsol.
"Sekitar bulan Maret 2024, untuk konsol dan PC, total pemainnya mencapai lebih dari 500 ribu. Sementara versi mobile masih bertambah," ungkap Andika.
Menurut Andika, distribusi pemain tergantung pada platform yang digunakan. Namun, mayoritas pemain berasal dari AS dan Eropa.
"Di Indonesia, untuk PC dan konsol, sepengetahuan saya masih di bawah satu persen. Jadi, memang sangat kecil," ujarnya.
"Nah, untuk versi mobile sendiri di Indonesia cukup lumayan. Ada beberapa faktor, salah satunya kami memasukkan Bahasa Indonesia, mungkin itu menjadi titik penting," sambungnya.
Saat ini, Andika dan tim terus memperbaiki bug dan menyiapkan patch untuk memaksimalkan pengalaman pengguna. Selain itu, mereka juga menyiapkan konten tambahan, baik gratis maupun berbayar, tergantung pada platform yang dimainkan.