"Jalan Sunyi di Bukit Duri": Mengungkap Rahasia Kesuksesan SMAN 8 Jakarta

Kamis 08 Aug 2024 - 01:11 WIB
Reporter : Tedy
Editor : Tedy

KORANPRABUMULIHPOS.COM – Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 8 Jakarta, yang sering disebut SMANDel, bukan hanya dikenal karena sering kebanjiran akibat lokasinya yang berada di tepi Sungai Ciliwung. Sekolah yang terletak di Taman Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, dan didirikan pada 21 Agustus 1958 ini juga dikenal karena prestasinya yang mengesankan. Hampir semua angkatan lulusannya diterima di perguruan tinggi negeri terkemuka seperti UI, ITB, IPB, UNPAD, UGM, dan AKABRI. Apa yang membuat sekolah ini istimewa? Bagaimana cara guru dan siswa di sana berfungsi?

Dalam buku "Jalan Sunyi di Taman Bukit Duri," yang diterbitkan pada Juni 2024, Suradi, mantan Guru Sejarah di SMAN 8, menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada yang terlalu luar biasa dari sekolah ini. "Secara resmi, ini adalah sekolah negeri seperti SMA lainnya di Jakarta maupun di seluruh Indonesia," ungkap Suradi dalam bukunya yang setebal 561 halaman tersebut.

Buku ini menyajikan kisah 51 guru dari SMAN 8, dari masa awal berdirinya hingga saat ini. Juga dibahas mengenai tiga kepala sekolah yang telah memimpin, yaitu Agusman Anwar yang menciptakan motto "SMAN 8 Rajawali Emas: Cerdas, Tangguh, dan Peduli," Rita Hastuti yang mengimplementasikan strategi pembelajaran selama pandemi Covid-19, dan Mukhlis M Lizar yang memimpin di era zonasi dan afirmasi.

Menurut Suradi, salah satu keunggulan SMAN 8 terletak pada etos belajar siswa, etos mengajar guru, serta kepedulian dan solidaritas alumni yang aktif membantu adik-adiknya. "Alumni sering diundang untuk berbagi pengalaman tentang perguruan tinggi mereka, sehingga memberikan inspirasi dan motivasi kepada siswa," jelas Suradi.

BACA JUGA:Ini kegiatan Pendampingan Individu Oleh Pengajar Praktik

BACA JUGA:Ribuan Mahasiswa Baru UNSRI ikuti PKKMB 2024

Para guru SMAN 8 dikenal karena kreativitas dan disiplin mereka dalam mengajar. Mereka saling mendukung dan memotivasi satu sama lain. Misalnya, Elly Siti Rachmalia, yang mengajar Matematika dari 1982 hingga 2017, menceritakan pengalaman seorang rekan guru baru yang kesulitan beradaptasi dengan siswa SMAN 8 yang dikenal kritis dan cerdas.

Di sisi lain, Teguh Priyanto, guru fisika sejak 1999, berbagi kisah tentang seorang murid yang dulunya dikenal nakal dan malas, kini menjadi seorang guru besar di Amerika Serikat. Teguh juga mengungkapkan pernah menghadapi ancaman hukum dari orang tua murid yang tidak puas dengan nilai anaknya, tetapi masalah tersebut akhirnya terselesaikan dengan baik.

Roni Saputro, guru sejarah yang dikenal humoris, sering melakukan studi banding ke luar negeri, termasuk ke Jepang dan Australia. Selama periode 2014 - 2020, Roni menjabat sebagai Kepala Sekolah bidang Kesiswaan dan juga aktif sebagai pelatih sepak bola di SMAN 8.

Kisah-kisah ini diperkaya dengan pengantar dari Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbudristek, Prof. Dr. Nunuk Suryani, serta sambutan dari Ketua Ikatan Alumni SMAN 8 yang juga Wakil Menhan RI, Letjen TNI (Purn) M Herindra. "Buku ini merupakan catatan berharga tentang para guru yang tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga berkontribusi secara nyata untuk membangun manusia Indonesia yang lebih baik," ujar Nunuk Suryani.

Kategori :