KORANPRABUMULIHPOS.COM - Aplikasi Telegram semakin menunjukkan perkembangan pesat dalam jumlah pengguna, mengejar posisi WhatsApp. Pendiri Telegram, Pavel Durov, baru-baru ini mengabarkan bahwa aplikasi ini telah mencapai 950 juta pengguna aktif per bulan dan menargetkan untuk melampaui angka 1 miliar tahun ini.
Telegram yang berbasis di Dubai didirikan oleh Durov, seorang kelahiran Rusia yang meninggalkan negaranya pada tahun 2014 setelah menolak menutup komunitas oposisi di platform media sosial miliknya, VK. VK kemudian ia jual.
"Kami mungkin akan melampaui satu miliar pengguna aktif bulanan dalam satu tahun sekarang. Telegram menyebar seperti kebakaran hutan," kata Durov dalam pernyataan terpisah baru-baru ini, dikutip dari Reuters.
Perusahaan juga berencana meluncurkan toko aplikasi dan browser dalam aplikasi dengan dukungan untuk halaman web3 bulan ini. Pada bulan Maret lalu, Telegram melampaui 900 juta pengguna. Saat itu, dalam wawancara dengan Financial Times, Durov menyatakan bahwa Telegram menargetkan untuk meraih keuntungan tahun depan.
BACA JUGA:Review Honor X7a: Smartphone Canggih Usung Desain Modern dan Performa Optimal
BACA JUGA:Ini Spesifikasi Smartphone Vivo S1 Miliki Layar Super AMOLED yang Memukau
Saingan utama Telegram, WhatsApp, saat ini masih unggul dengan lebih dari dua miliar pengguna aktif bulanan. Durov sendiri kerap mengkritik WhatsApp di masa lalu, terutama soal keamanannya.
Telegram sangat berpengaruh di negara-negara republik bekas Uni Soviet, menduduki peringkat sebagai salah satu platform media sosial utama setelah Facebook, YouTube, WhatsApp, Instagram, dan TikTok.
Durov mengatakan bahwa ide membuat aplikasi pesan terenkripsi ini muncul sebagai cara berkomunikasi saat dia di bawah tekanan di Rusia. Adiknya, Nikolai, merancang enkripsi tersebut. Durov mengklaim meninggalkan Rusia karena tidak mau menerima perintah dari pemerintah mana pun dan menyebut klaim bahwa Telegram dikendalikan Rusia sebagai rumor palsu yang disebar oleh pesaing yang khawatir dengan pertumbuhan Telegram.
"Saya lebih suka bebas daripada menerima perintah dari siapa pun," kata Durov tentang kepergiannya dari Rusia. Dia sempat mencoba menetap di Amerika Serikat, tetapi merasa bahwa birokrasi di sana terlalu berat, terutama dalam merekrut talenta global. Selain itu, dia mengaku diserang di jalanan San Francisco oleh orang yang mencoba mencuri ponselnya.
Yang lebih mengkhawatirkan, katanya, adalah terlalu banyak perhatian dari badan keamanan AS, termasuk FBI. Durov mengklaim bahwa lembaga-lembaga AS mencoba merekrut pegawainya untuk menemukan backdoor Telegram. FBI belum menanggapi tudingan Durov ini.
Durov akhirnya memilih Uni Emirat Arab karena negara tersebut dianggap netral, ingin berteman dengan semua pihak, dan tidak bersekutu dengan negara adidaya mana pun. Oleh karena itu, dia merasa Uni Emirat Arab adalah tempat terbaik untuk Telegram. (*)