Rusia Berencana Batasi WhatsApp dan Telegram, Siapkan Aplikasi Sendiri

ilustrasi--
KORANPRABUMULIHPOS.COM – Pemerintah Rusia tengah mengembangkan aplikasi perpesanan nasional untuk menggantikan WhatsApp dan Telegram. Langkah ini merupakan bagian dari upaya negara tersebut untuk mengurangi ketergantungan pada platform asing dan memperkuat kedaulatan digital.
Menurut laporan Reuters, anggota parlemen Rusia telah menyetujui rancangan undang-undang yang mendukung pengembangan aplikasi pesan baru. Platform ini akan terintegrasi erat dengan layanan pemerintah, memberikan akses komunikasi yang lebih dalam bagi warga negara.
Mengapa Rusia Membangun Aplikasi Sendiri?
Meskipun Telegram dibuat oleh Pavel Durov, yang berasal dari Rusia, ia telah lama meninggalkan negara tersebut dan dianggap tidak lagi berafiliasi dengan pemerintah. Keinginan untuk memiliki platform komunikasi dalam negeri semakin meningkat setelah berbagai perusahaan teknologi Barat menarik diri dari Rusia menyusul invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Anton Gorelkin, anggota parlemen yang menggagas rancangan undang-undang ini, menyebut bahwa aplikasi baru tersebut tidak hanya menawarkan pesan dan panggilan, tetapi juga fitur tambahan yang tidak tersedia di WhatsApp dan Telegram. “Keunggulan kompetitif utama dari platform ini adalah integrasi yang mendalam dengan layanan pemerintah,” tulis Gorelkin di Telegram.
Proses Legislasi dan Dukungan Pemerintah
Rancangan undang-undang terkait aplikasi ini masih harus melalui majelis tinggi parlemen sebelum ditandatangani oleh Presiden Vladimir Putin. Menteri Digital Rusia, Maksut Shadayev, baru-baru ini mengusulkan pengintegrasian layanan pemerintah dengan aplikasi pesan nasional dalam pertemuannya dengan Putin.
Shadayev juga memberikan apresiasi kepada VK, perusahaan teknologi yang mengelola VKontakte—media sosial yang digunakan hampir 80 juta warga Rusia setiap hari. VK sebelumnya telah mengembangkan berbagai layanan dalam negeri, termasuk VK Video yang menjadi alternatif bagi YouTube.
Tantangan bagi WhatsApp dan Telegram di Rusia
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah pengguna YouTube di Rusia mengalami penurunan drastis, dari 40 juta menjadi kurang dari 10 juta pengguna harian pada 2024. Pejabat Rusia menyalahkan Google atas penurunan ini, menudingnya tidak berinvestasi dalam infrastruktur yang memadai di negara tersebut—meski YouTube membantah adanya kendala teknis di pihak mereka.
Mikhail Klimarev dari Internet Protection Society memperkirakan bahwa setelah aplikasi pesan nasional Rusia resmi diluncurkan, pemerintah bisa mengambil langkah untuk memperlambat akses ke WhatsApp dan Telegram guna mendorong penggunaan platform domestik.
Sementara itu, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa aplikasi Rusia harus memiliki kualitas setara dengan WhatsApp dan Telegram agar dapat bersaing secara efektif. “Keberadaan layanan pesan nasional adalah hal yang baik, selama platform tersebut mampu bersaing dengan alternatif asing,” ujarnya.