BACA JUGA:5 Amalan Penggugur Dosa dan Dicatat Malaikat Sebagai Penghuni Ahli Surga
Meski sebelumnya saat di Mekah, Rasulullah dan para sahabat menunaikan shalat menghadap kiblat ke arah Ka’bah yang berada di Masjidil Haram.
Alasan Rasulullah shalat menghadap Baitul Maqdis saat di Madinah adalah menghargai kaum Nasrani dan Yahudi yang juga menghadap ke Baitul Maqdis (Palestina).
Namun ternyata kaum Yahudi memanfaatkan niat mulia Rasulullah SAW dengan melakukan beragam tipu daya.
Kaum Yahudi berusaha meyakinkan Rasulullah SAW agar terus beribadah menghadap Baitul Maqdis dan hanya terfokus kepada Baitul Maqdis sehingga dapat melupakan Baitul Haram.
BACA JUGA:5 Amalan Penggugur Dosa dan Dicatat Malaikat Sebagai Penghuni Ahli Surga
Rasulullah SAW selalu dibujuk oleh segolongan Yahudi agar hanya menyukai Baitul Maqdis sebagai satu-satunya tanah suci yang disediakan oleh Allah SWT.
Mereka (Yahudi) berkata: “Maka jika engkau itu benar-benar Rasul Tuhan, wahai Muhammad, hendaklah engkau berdiam di tanah suci itu (Baitul Maqdis) menurut jejak para Rasul Tuhan yang terdahulu daripada engkau.”
Namun Rasulullah SAW tidak terperdaya oleh bujuk rayu Yahudi dan Rasulullah SAW selalu merasakan kerinduan menunaikan shalat menghadap Ka’bah (Masjidil Haram).
Beliau kemudian berharap petunjuk dari Allah SWT dengan berdo’a mengharapkan turunnya wahyu terkait hal tersebut.
Kejadian ini pun tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 143 sampai 145 :
“Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.”
Ayat 143 tersebut sebagai bentuk ketegasan bahwa hanya Allah SWT-lah yang memberikan petunjuk dan memiliki segala arah.
Oleh sebab itu, tipu daya Yahudi yang sangat sombong dan licik menunjukkan seolah-olah mereka paling mengetahui perihal ibadah.
Kemudian pada ayat 144 menerangkan jawaban atas kerinduan Rasulullah SAW kepada Masjidil Haram :
“Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”