Ini 8 Dimensi Utama Profil Lulusan Dalam Pembelajaran Mendalam

Jumat 11 Jul 2025 - 21:59 WIB
Reporter : Eka
Editor : Eka

PRABUMULIH, KORANPABUMULIHPOS.COM - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi resmi menghapus P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dan menggantinya dengan pendekatan baru bernama Profil Lulusan yang mengusung 8 dimensi utama. 

Perubahan ini diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Permendikdasmen) Nomor 10 Tahun 2025. Keputusan ini menjadi langkah strategis untuk mengarahkan Kurikulum Merdeka menjadi lebih terfokus pada penguatan karakter dan kompetensi holistik siswa.

Delapan dimensi dalam Profil Lulusan yang kini menjadi acuan baru mencakup keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, serta komunikasi. 

Dimensi ini disusun untuk menyesuaikan kebutuhan pembelajaran abad ke-21 sekaligus membentuk peserta didik yang siap menghadapi tantangan masa depan dengan berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa.

BACA JUGA:SMAN 7 Prabumulih Bekali Siswa Baru Jelang Mpls

BACA JUGA:Dinas Pendidikan Prabumulih Dukung Program GATI, Bapak-bapak Akan Ramaikan Sekolah

Meski P5 dihapus, metode Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) tetap dipertahankan sebagai strategi utama dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Namun, arah projek kini difokuskan pada penguatan kedelapan dimensi profil lulusan, bukan lagi hanya pada tema-tema tertentu seperti dalam P5 sebelumnya. 

Ini diharapkan mampu memberi pengalaman belajar yang lebih utuh, mendalam, dan kontekstual bagi peserta didik.

Salah satu hal penting dalam pendekatan baru ini adalah penerapan pembelajaran mendalam yang mencakup tiga prinsip utama: berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. 

Pembelajaran ini mendorong guru untuk menghadirkan kegiatan belajar yang menyentuh seluruh aspek diri siswa seperti pikiran, hati, perasaan, dan fisik.

BACA JUGA:SMAN 7 Prabumulih Bekali Siswa Baru Jelang Mpls

Pembelajaran mendalam juga berarti memberi ruang pada siswa untuk mengalami proses belajar yang reflektif dan relevan dengan kehidupan nyata. Guru diarahkan untuk mengembangkan skenario belajar yang memantik keingintahuan, menumbuhkan empati, serta melatih ketangguhan dan kreativitas siswa. 

Tujuannya tak hanya mencapai kompetensi akademik, tetapi juga mengembangkan karakter secara menyeluruh.

Perubahan ini menuntut guru untuk lebih adaptif dan inovatif dalam merancang proses belajar. Tidak sekadar menuntaskan materi, namun juga menciptakan pengalaman belajar yang memberi makna dan membentuk jati diri peserta didik sesuai dengan profil lulusan yang ditetapkan. 

Dukungan pelatihan dan pendampingan dari pemerintah akan menjadi kunci keberhasilan transisi ini. Karena itu Pemerintah berharap pendekatan baru ini akan menjadikan satuan pendidikan lebih fleksibel, kreatif, dan responsif dalam menghadapi perubahan sosial, teknologi, dan budaya. 

Kategori :