Jakarta - Meski masih dalam tahap rencana, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan sudah banyak investor yang mengantre untuk mendanai proyek Satria-2.
Satria-2 diproyeksikan untuk membantu pemerataan akses internet di wilayah terdepan, terluar, dan terluar (3T) yang belum bisa diatasi oleh Satria-1. Sebagai informasi, Satria-1 punya kapasitas 150 Gbps untuk menyediakan akses di sekitar 37 ribu titik.
"Soal kebutuhan kita ada yang bilang dan mengkaji bahwa kebutuhan kita berapa, karena Satria-1 kan 150 Gbps, sementara ada yang mengkaji kebutuhan kita itu 1.000 Gbps atau 1 Tbps. Nah, ini kajiannya jalan terus. Makin lama kan kapasitasnya harus ditambah. Jadi, isu coverage, isu kapasitas, dan juga pemerataan," tutur Menkominfo Budi di Bandara Soekarno-Hatta, Banten, Tangerang, beberapa waktu lalu.
BACA JUGA:Menguak Pentingnya Aturan OTT, Regulasi WhatsApp Cs di Indonesia
Untuk itu, Kementerian Kominfo melalui Badan Layanan Umum Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Informasi (Bakti) tengah merancang Satria-2. Sejauh ini prosesnya sedang meminta persetujuan dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas).
Adapun, Satria-2 memiliki kapasitas yang lebih besar dari Satria-1, yakni hingga 300 Gbps. Nantinya, Satria-2 ini dibagi ke dalam dua satelit. Adapun, diperkirakan investasi pengadaan Satria-2 itu mencapai USD 884 juta atau sekitar Rp 13,7 triliun.
Budi menyebutkan sudah ada investor yang menyatakan berminat untuk mendanai proyek Satria-1. Ia tidak menyebutkan nama perusahaan, hanya asal negara dari perusahaan tersebut.
BACA JUGA:Apakah Screenshot Stories Instagram Orang Lain Bisa Ketahuan?
"Bukan ada yang tertarik, banyak. Negara saja ya, ada Prancis, Inggris, Amerika Serikat, China. Nanti kita lihat mana yang paling murah dan paling bagus, kita pakai," ungkapnya.
Budi mengatakan Indonesia sebagai negara kepulauan dan berkembang, dibutuhkan infrastruktur yang memadai untuk mencapai pemukiman di pelosok. Pemanfaatan teknologi satelit dinilai paling cocok untuk mengatasi kesenjangan digital di 3T.
"(Satria-2) sama untuk memperkuat akses konektivitas karena teknologi satelit cocok untuk daerah 3T, karena daerah 3T kita nggak mungkin narik kabel, pakai fixed broadband itu nggak mungkin," jelasnya.
BACA JUGA:10 Game Steam Paling Sering Dimainkan Tahun 2023
"(Satria-2) masih dikaji. Ini Satria-1 operasi dulu ini untuk melayani puluhan ribu titik dengan akses internet, paling nggak untuk sarana prasaran umum, seperti sekolah, rumah sakit itu," pungkas Budi. (dc)