Sisi Gelap Megaproyek Kota Futuristik Neom di Arab Saudi

--

'Neom dibangun dengan darah warga Saudi'

Pandangan ini juga diamini oleh Lina al-Hathloul, direktur komunikasi pengawas hak asasi manusia Saudi ALQST yang berbasis di London.

"Kekhawatiran utama kami adalah Neom dibangun di atas darah Saudi. "Persidangan terhadap masyarakat suku dilakukan secara tertutup. Untuk memajukan proyek tersebut, lembaga peradilan bahkan siap mengeksekusi orang," ujarnya.

Neom bukan satu-satunya tempat di Arab Saudi di mana orang-orang terpaksa mengungsi. Dari Januari hingga Oktober 2022, pihak berwenang di kota pelabuhan Jeddah menghancurkan banyak rumah untuk melaksanakan rencana pembangunan perkotaan.

Dalam prosesnya, ribuan orang menjadi korban penggusuran paksa yang melanggar hukum, termasuk warga negara asing, seperti yang dilaporkan Amnesty International.

"Kita telah melihat, berkali-kali, bahwa siapa pun yang tidak setuju dengan Putra Mahkota MBS, atau menghalanginya, berisiko dijatuhi hukuman penjara atau hukuman mati, baik pengunjuk rasa damai, kritikus media sosial, atau orang-orang yang kurang beruntung untuk tinggal di tanah miliknya," sebut Basyouni.

Merusak lingkungan

Meski Neom diklaim akan menjadi revolusi dalam kehidupan yang berkelanjutan. Nyatanya, pembangunan Neom menuai kritikan dari aktivitas dan pemerhati lingkungan.

Pakar desain kota berkelanjutan Melissa Sterry menyebut proyek tersebut gagal memperhitungkan dampaknya terhadap ekosistem lokal dan jejak karbon dari pembangunannya.

Berdirinya kota artifisial ini nantinya bisa menghambat migrasi hewan, berisiko terjadinya kecelakaan tabrakan burung, menjadi surga bagi spesies hewan invasif, merusak lingkungan, hingga berdampak pada kesehatan mental para penghuninya nanti. Ia bahkan menyebut pembangunan Neom berisiko mendatangkan bencana ekologi. (dc)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan
IKLAN
PRABUMULIHPOSBANNER