Irak: Jejak Mesopotamia di Asia Barat
Foto: Erik De Castro/REUTERS/Bendera Irak--
KORANPRABUMULIHPOS.COM - Irak adalah negara yang terletak di Asia Barat Daya, yang juga dikenal sebagai Timur Tengah. Negara ini berbatasan dengan Kuwait, Arab Saudi, Yordania, Turki, dan Iran. Namun, tahukah kalian bahwa wilayah Irak dulu dikenal sebagai Mesopotamia, salah satu peradaban kuno terbesar dalam sejarah?
Mesopotamia: Tempat Lahirnya Peradaban
Mesopotamia, yang berarti "antara dua sungai" dalam bahasa Yunani, terletak di antara sungai Tigris dan Eufrat. Wilayah ini adalah tempat lahirnya beberapa peradaban kuno seperti Sumeria, Akkadia, Babilonia, Assyria, dan Babilonia Baru. Sekitar 6.000 SM, orang-orang di Mesopotamia mulai menetap, bertani, beternak, dan membangun pemukiman yang berkembang menjadi kerajaan-kerajaan besar.
Kini, wilayah Mesopotamia terbagi menjadi beberapa negara, termasuk Irak, Suriah, dan sebagian Turki.
Irak dalam Sejarah Kekhalifahan
Sepanjang sejarahnya, Irak menjadi wilayah yang penting bagi kekaisaran besar seperti Persia, Yunani, dan Romawi. Pada tahun 636 M, wilayah Mesopotamia berada di bawah pengaruh Arab, yang pertama kali menyebutnya "Irak," berarti "yang subur".
Di masa Kekhalifahan Rasyidin, Ali bin Abi Thalib memindahkan ibu kotanya dari Madinah ke Kufah ketika menjadi khalifah keempat. Pada abad ke-8, di bawah Kekhalifahan Abbasiyah, Baghdad, ibu kota Irak, menjadi pusat peradaban dunia. Baghdad saat itu menjadi pusat ilmu pengetahuan dan menghasilkan banyak ilmuwan terkenal, seperti:
- Al Khwarizmi - Penemu dasar pengembangan aljabar dan algoritma matematika.
- Ibnu Sina - Dikenal sebagai The Father of Pharmacology dan Mahaguru Kedokteran.
- Al Farabi - Filosof muslim yang menyelaraskan Islam dengan filsafat Yunani dan dijuluki Master Kedua setelah Aristoteles.
Selama berabad-abad, Baghdad menjadi pusat perdagangan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Sayangnya, pada pertengahan abad ke-13, peradaban ini hancur oleh serangan bangsa Mongol.
Irak Modern
Negara modern Irak dibentuk setelah Perang Dunia I dari provinsi-provinsi Ottoman di Baghdad, Basra, dan Mosul. Pada 1920, Perjanjian Sevres menetapkan Irak sebagai mandat Liga Bangsa-Bangsa di bawah pemerintahan Inggris. Setahun kemudian, Faisal I diproklamasikan sebagai Raja Irak.
Pada 1932, mandat Inggris dihentikan dan Irak diterima di Liga Bangsa-Bangsa, menandai kemerdekaan formalnya. Namun, Irak tetap tunduk pada pengaruh Inggris selama seperempat abad berikutnya di bawah pemerintahan monarki yang penuh gejolak. Pada 1945, Irak bergabung dengan PBB dan menjadi anggota pendiri Liga Arab, organisasi negara-negara Arab. (*)