Inovasi Batch Drilling PEP Adera Field Dongkrak Produksi, Perkuat Ketahanan Energi Menuju 1Juta Barel per Hari
Inovasi Batch Drilling PEP Adera Field Dongkrak Produksi, Perkuat Ketahanan Energi Menuju 1Juta Barel per Hari--Foto: Ros Prabumulih Pos
“Peningkatan produksi ini menjadi kabar baik bagi kami. Dari hasil natural flow test, produksi setiap sumur bisa melampaui target awal hingga dua kali lipat,” ujar Ernez Febriant.
Disinggung mengenai teknologi canggug tersebut, Ernez Febriant mengungkapkan metode Batch Drilling ini menggunakan rig khusus PDV 4.1.3 buatan Amerika Serikat dari pabrikan NOV, yang dilengkapi sistem walking rig untuk bergerak dari satu titik ke titik lain tanpa perlu dibongkar.
Teknologi ini sebenarnya telah digunakan di industri pengeboran global, namun baru pertama kali diimplementasikan di darat wilayah Sumatera.“Tidak semua rig memiliki kemampuan seperti ini. Rig kami menjadi salah satu dari sedikit unit di Indonesia yang bisa melakukan walking dengan beban penuh,” ungkapnya.
Ernez Febriant menambahkan, keberhasilan proyek batch drilling Cluster Benuang diharapkan dapat menjadi standar baru bagi efisiensi dan keselamatan pengeboran di seluruh wilayah kerja Pertamina.
Selain memberikan manfaat teknis, inovasi ini juga memperkuat aspek lingkungan dan keselamatan kerja. PHR memastikan seluruh kegiatan operasional di lapangan dilakukan sesuai dengan prinsip Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) serta mendukung praktik green operation untuk menjaga keseimbangan antara produktivitas energi dan keberlanjutan ekosistem sekitar.
“Proyek ini merupakan bagian dari program Optimus Pertamina, yang bertujuan menekan biaya operasi sekaligus menjaga keselamatan dan keandalan produksi. Jika implementasinya berjalan lancar tanpa kendala operasional maupun sosial, metode ini bisa menjadi model baru untuk diterapkan di berbagai lapangan migas lain di Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, hingga Sulawesi,” jelasnya.
Cluster Benuang memiliki posisi yang sangat strategis di antara beberapa lapangan minyak produktif di Sumatera Selatan, seperti Limau, Gunung Kemala, dan Raja. Lokasinya yang berada di jantung kawasan eksplorasi migas darat menjadikan area ini sebagai salah satu titik penting dalam rantai produksi energi nasional.
Potensi cadangan minyak yang cukup besar di wilayah ini menjadi alasan utama bagi PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) untuk memperkuat kegiatan eksplorasi dan produksinya melalui pendekatan berbasis teknologi mutakhir.
Teknologi ini resmi diterapkan di Lapangan Benuang dan mulai berproduksi pada September 2025, hasil yang diperoleh menunjukkan peningkatan luar biasa.
Dalam waktu relatif singkat, produksi minyak melonjak drastis dari 380 barel per hari (BOPD) menjadi 3.200 BOPD hanya dalam beberapa bulan pertama penerapan. Lonjakan ini menunjukkan dampak nyata dari efisiensi dan keandalan teknologi tersebut terhadap produktivitas lapangan.
Lebih membangakan lagi, berdasarkan data operasional terkini, dari lima sumur yang dibor dengan metode Batch Drilling, empat di antaranya telah selesai dan berhasil menghasilkan total 3.388 barel minyak per hari (BOPD) angka yang jauh melampaui target awal sebesar 1.200 BOPD. Sementara itu, sumur kelima kini tengah memasuki tahap akhir komplesi dan diproyeksikan akan memberikan tambahan produksi signifikan pada akhir Oktober 2025.
Secara keseluruhan, rata-rata produksi harian kini mencapai 1.552 BOPD, menandai peningkatan substansial dalam waktu singkat. Capaian ini bukan hanya menjadi bukti efektivitas teknologi Batch Drilling Onshore, tetapi juga menegaskan komitmen PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Regional Sumatera dalam mendorong transformasi operasi hulu migas menuju efisiensi dan ketahanan energi nasional yang lebih kuat.
Inovasi Teknologi Batch Drilling Onshore ini ditandai dengan pelaksanaan Management Walkthrough (MWT) Maret 2025 lalu. Saat itu, MWT dihadiri langsung oleh jajaran pimpinan puncak PHR Regional Sumatera.
Yakni, Direktur Utama PHR Regional Sumatera, Ruby Mulyawan, General Manager Zona 4, Djudjuwanto, serta Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi (PHE), Rinaldi Firmansyah, didampingi Direktur Pengembangan & Produksi, Awang Lazuardi, dan sejumlah pejabat senior dari PHE dan PDSI.
Tujuan dari kegiatan MWT ini bukan sekadar inspeksi lapangan, tetapi juga sebagai bentuk komitmen manajemen untuk memastikan kesiapan operasional, penerapan standar tinggi Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, dan Lingkungan (HSSE), serta kesiapan sumber daya manusia yang akan menjalankan kegiatan pengeboran inovatif tersebut.

