Korban Tewas Jadi 37 Orang, Proses Evakuasi Dikebut

Proses evakuasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ambruknya bangunan musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny. Foto: ist--
KORANPRABUMULIHPOS.COM — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa jumlah korban meninggal akibat ambruknya bangunan musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terus bertambah. Hingga Minggu (5/10/2025), total korban tewas telah mencapai 37 orang.
Dalam kurun waktu antara pukul 06.30 hingga 12.00 WIB, tim gabungan pencarian dan pertolongan (SAR) berhasil mengevakuasi 12 jenazah baru serta menemukan satu potongan tubuh manusia di antara puing-puing bangunan musala berlantai empat tersebut.
“Dengan tambahan itu, total korban meninggal dunia kini menjadi 37 orang dan ditemukan dua bagian tubuh yang belum teridentifikasi,” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangan tertulisnya seperti dilansir dari disway.id
Sementara itu, sebanyak 26 santri masih dilaporkan hilang dan belum ditemukan. Meski demikian, data ini masih bersifat sementara, karena jumlah pasti akan diketahui setelah proses pencarian selesai.
“Data sementara tersebut berasal dari daftar absensi yang diserahkan oleh pihak pondok pesantren, sehingga masih bisa berubah,” tambah Abdul.
Evakuasi Dikebut, Puing Capai 60 Persen Terangkat
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan, menuturkan bahwa kepastian jumlah korban akan diketahui setelah seluruh beton dan puing-puing berhasil diangkat hingga ke lantai dasar bangunan.
“Jumlah korban hilang akan dipastikan setelah pembersihan selesai menyentuh tanah dasar. Saat ini proses evakuasi masih berlangsung intensif,” ujar Budi.
Budi juga menjelaskan bahwa sebagian besar jenazah ditemukan di area lantai satu bagian utara gedung, tempat sebagian besar santri beristirahat. Hingga siang hari, lebih dari 60 persen reruntuhan berhasil diangkat oleh tim gabungan yang bekerja bergantian tanpa henti sejak dini hari.
“Penemuan terbanyak memang di lantai satu. Proses evakuasi terus dilakukan secara hati-hati mengingat kondisi bangunan yang rapuh,” tambahnya.
Proses pembersihan sempat mengalami hambatan. Salah satu struktur beton utama diketahui menempel dan terhubung dengan bangunan lain di sisi kiri musala. Kondisi ini membuat tim tidak bisa sembarangan mengangkat sisa reruntuhan karena berisiko menimbulkan kerusakan tambahan.
Untuk memastikan keselamatan dan efektivitas pekerjaan, BNPB menggandeng tim ahli dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya guna melakukan investigasi forensik struktur bangunan.
“Tim ITS akan menganalisis struktur beton dan memberikan rekomendasi teknis agar proses pembersihan dapat berjalan tanpa merusak bangunan lain di sekitarnya,” kata Budi menegaskan.
Pihak BNPB juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh unsur gabungan — mulai dari TNI, Polri, Basarnas, relawan, hingga masyarakat setempat — yang terus berjibaku di lokasi bencana.
“Fokus utama kami sekarang adalah menemukan seluruh korban dan memastikan area benar-benar aman,” tutup Budi.(*)