Prabumulih dan Piala Adipura yang Kian Menjauh

Tugu Adipura, bukti nyata Prabumulih pernah menjadi Kota Adipura pada masanya--
Kota Prabumulih Sumatera Selatan, pernah dikenal sebagai kota yang bersih, tertata, dan ramah lingkungan. Bukti nyata dari predikat tersebut adalah Piala Adipura.
Lambang penghargaan bergengsi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang terakhir kali diraih kota ini pada 2014 silam, tugu piala adipura masih terpasang kokoh di taman Kota Prabumulih.
Tepatnya di persimpangan taman Kota Prabujaya Kelurahan Prabujaya, Kecamatan Prabumulih Timur. Tugu ini mulai retak dan berlumut.
Namun, setelah satu dekade berlalu, penghargaan itu seakan menjauh dari genggaman. Kini, masyarakat bertanya-tanya: apa yang membuat Prabumulih tidak lagi mampu mengulang prestasi tersebut? Apakah standar penilaian yang semakin tinggi, ataukah komitmen terhadap kebersihan dan pengelolaan lingkungan yang mulai kendor?
BACA JUGA:Piala Adipura 2023 Diarak, Bupati Enos Naikkan Gaji Pasukan Oranye
BACA JUGA:Kota Sekayu, Muba Raih Adipura ke 14 Kali
Adipura bukan hanya sekadar penghargaan. Lebih dari itu, ia merupakan simbol keberhasilan suatu daerah dalam menjaga kebersihan, mengelola sampah, dan menciptakan lingkungan yang sehat.
Kota-kota yang berhasil meraih Adipura biasanya menunjukkan konsistensi dalam membangun budaya bersih dan melibatkan partisipasi publik secara luas.
Di Prabumulih, semangat itu sebenarnya pernah begitu terasa. Jalanan kota bersih, taman kota dirawat, hingga bank sampah mulai digerakkan. Namun, sejak 2014, langkah tersebut seolah tersendat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Prabumulih, Ir. Hj. Dwi Koryana, tak menampik bahwa tantangan untuk meraih kembali Adipura kini jauh lebih berat dibanding satu dekade lalu.
BACA JUGA:DLH Prabumulih Gelar Sosialisasi Pengelolaan Sampah; 6 Unit dan Teras BSP Terima Reward dari Pemkot
BACA JUGA:DLH Susun KLHS RPJMD dan RDTR 2025 - 2029
“Standar penilaian sekarang makin ketat. Tidak hanya kebersihan fisik, tapi juga menyangkut pengelolaan sampah berbasis masyarakat, edukasi lingkungan, hingga keberlanjutan program. Semua titik pantau menjadi perhatian, termasuk sekolah,” ujarnya kepada Prabumulih pos, belum lama ini.
Pernyataan itu memperlihatkan, bahwa sekadar membersihkan jalan dan taman kota saja tidak cukup. Prabumulih perlu membangun ekosistem yang benar-benar peduli lingkungan di semua lini, dari rumah tangga, perkantoran, pasar, hingga sekolah.