Pendidikan Sains Harus Berubah! Ini Alasan Indonesia Harus Serius dengan STEM

Pendidikan Sains Harus Berubah, Ini Alasan Indonesia Harus Serius dengan STEM--Istimewa
JAKARTA, KORANPRABUMULIHPOS.COM - Stephanie Riady, anggota Tim Penasihat Ahli di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), menegaskan perlunya perubahan mendasar dalam sistem pembelajaran sains di Indonesia.
Menurutnya, pendekatan saat ini sudah tidak lagi relevan dengan kebutuhan siswa di era digital dan teknologi yang terus berkembang pesat.
“Sains bukan sekadar kumpulan rumus atau teori, melainkan cara berpikir—bagaimana kita mengidentifikasi masalah, merumuskan solusi, dan menerapkannya dalam tindakan nyata,” ujar Stephanie dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Selasa.
Ia menyoroti bahwa metode pembelajaran sains dan matematika di Indonesia masih banyak bergantung pada hafalan, ujian pilihan ganda, dan minimnya praktik langsung di kelas. Pendekatan semacam ini dinilai tidak cukup untuk membekali siswa dengan keterampilan abad ke-21 yang dibutuhkan saat ini.
BACA JUGA:BKN Gandeng Kementerian PANRB: Rumah Subsidi untuk 1.000 ASN Siap Direalisasikan
BACA JUGA:Pendidikan di Barak Militer, Menteri HAM Nilai Kebijakan Jabar Membangun Karakter
Padahal, pendidikan berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) seharusnya menjadi prioritas, bukan sekadar opsi tambahan. Dunia kini menuntut generasi muda yang mampu berpikir kritis, berinovasi, serta mampu bekerja sama dalam tim lintas disiplin.
Stephanie mengungkapkan bahwa banyak siswa di Indonesia merasa STEM terlalu asing atau sulit dijangkau. Hal ini bukan karena kurangnya potensi, melainkan karena pendekatan pengajaran yang belum membumi dan tidak dikaitkan dengan kehidupan nyata. Padahal, STEM memiliki kekuatan besar untuk mengembangkan pola pikir logis dan kreatif—dua hal yang sangat penting di era kecerdasan buatan dan otomatisasi saat ini.
Beberapa negara telah menunjukkan keberhasilan dari investasi jangka panjang di bidang pendidikan STEM. Korea Selatan, misalnya, sejak dekade 1960-an telah menjadikan STEM sebagai prioritas utama, dan kini dikenal sebagai salah satu negara dengan teknologi paling maju di dunia. Finlandia juga berhasil menciptakan sistem pendidikan yang inovatif, menekankan pada kreativitas dan pendekatan lintas disiplin ilmu.
Sayangnya, Indonesia masih tertinggal. Berdasarkan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2022, Indonesia berada di posisi ke-71 dari 80 negara dalam aspek literasi sains. Ini menandakan bahwa meski siswa mengikuti pendidikan formal, kemampuan berpikir ilmiah mereka masih jauh dari optimal.
BACA JUGA:Mapel AI - Coding Tinggal Tunggu Peraturan Menteri Pendidikan
BACA JUGA:Doa untuk Paus Fransiskus, Menteri Agama Tuliskan Pesan Duka
Laporan Bank Dunia bertajuk Fixing the Foundation juga memperkuat temuan ini. Disebutkan bahwa banyak program pelatihan guru di negara berpenghasilan menengah, termasuk Indonesia, belum efektif—terutama dalam penguasaan materi dan metode pengajaran STEM.
Stephanie menyebut Vietnam sebagai contoh yang patut ditiru. Negara tersebut mulai melakukan reformasi kurikulum sejak 2010, dengan pendekatan berbasis proyek. Kini, kemampuan siswa Vietnam mampu menyamai negara-negara maju. Malaysia pun terus meningkatkan minat siswa terhadap STEM dengan pelatihan guru, pemberian insentif, dan kerja sama industri.