Bongkar Kecurangan UTBK 2025: 50 Peserta dan 10 Joki Terlibat Skandal Besar

Bongkar Kecurangan UTBK 2025: 50 Peserta dan 10 Joki Terlibat Skandal Besar--
JAKARTA, KORANPRABUMULIHPOS.COM — Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 mencatat setidaknya 50 peserta diduga melakukan kecurangan selama enam hari pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2025. Selain itu, ditemukan pula 10 joki yang berupaya menggantikan peserta ujian secara ilegal.
Ketua Tim Penanggungjawab SNPMB 2025, Eduart Wolok, mengungkapkan bahwa beragam modus digunakan untuk melakukan pelanggaran selama ujian berlangsung.
“Kurang lebih ada 50 peserta yang terlibat, dan sekitar 10 joki yang berhasil kami identifikasi,” ujar Eduart dalam konferensi pers.
Berbagai cara dilakukan oleh pelaku untuk mengakali sistem, mulai dari menyembunyikan kamera kecil di kacamata, alat dengar dengan mikrofon dan pengeras suara, hingga penggunaan aplikasi rekaman layar serta software pengendali komputer jarak jauh (remote desktop).
BACA JUGA:Rugikan Negara Rp 8,3 Triliun, KPK Selidiki Dugaan Kecurangan Laporan Keuangan PT Pupuk Indonesia
BACA JUGA:Kementan Tindakan Tegas 27 Perusahaan Curang, Jual Pupuk Palsu dan Komposisi Tidak Sesuai
Modus penggunaan aplikasi remote desktop disertai dengan instalasi proxy turut ditemukan, yang memungkinkan perangkat peserta terkoneksi dengan jaringan luar. Hal ini, menurut Eduart, sangat berisiko dan sudah melampaui batas kecurangan konvensional.
Panitia sejatinya telah mengantisipasi tindakan-tindakan seperti ini dengan memasang metal detector di setiap lokasi ujian. Namun demikian, beberapa pelaku tampaknya berhasil memanfaatkan perangkat yang lebih canggih, sehingga masih ada celah yang dimanfaatkan.
“Dalam beberapa kasus, kita bahkan menduga ada kemungkinan keterlibatan pihak dari dalam lokasi ujian,” tambah Eduart.
Ia menjelaskan bahwa dalam praktiknya, peserta yang duduk di ruang ujian dibekali perangkat penerima dan pengirim sinyal, yang memungkinkan mereka menerima jawaban dari luar ruang ujian secara langsung. Peserta tetap tampak mengoperasikan komputer seperti biasa, padahal jawaban ujian dikendalikan dari luar.
BACA JUGA:Wanita Ini Dipenjara Akibat Curang di Restoran All You Can Eat (AYCE)
Selain itu, terungkap pula praktik perjokian, yaitu mengganti peserta asli dengan orang lain. Eduart menyebut, praktik ini kerap disertai pemalsuan identitas, seperti foto, surat keterangan siswa kelas XII, hingga ijazah, agar sang joki dapat mengikuti ujian menggantikan peserta sebenarnya.
“Jaringan joki ini tidak hanya bersifat lokal, tapi lintas daerah. Setelah ditelusuri, komunikasi antar pelaku berasal dari berbagai kota,” terang Eduart.