Mengapa Kebijakan Sekolah Tidak Libur di Bulan Ramadhan 2025 Menjadi Langkah Positif?
Mengapa Kebijakan Sekolah Tidak Libur, Tidak libur di Bulan Ramadhan 2025 Menjadi Langkah Positif--prabupos
Penulis: Dwiki Al Akhyar, S.Ud., M.Pd. (Guru Dedikatif SMK Provinsi Sumatera Selatan)
KORANPRABUMULIHPOS.COM - KEBIJAKAN pemerintah untuk tidak meliburkan sekolah selama bulan Ramadhan 2025 telah menimbulkan berbagai reaksi.
Meskipun banyak yang khawatir tentang dampaknya terhadap siswa, keputusan ini sebetulnya memiliki sejumlah keuntungan yang patut dipertimbangkan.
Dalam konteks pendidikan, kebijakan ini bisa memberikan dampak positif yang signifikan bagi siswa dan orang tua.
Pertama, di tengah rutinitas ibadah yang padat, siswa tetap memiliki kesempatan untuk menuntut ilmu. Pendidikan adalah fondasi penting dalam kehidupan, dan menjaga kontinuitas belajar di bulan suci menunjukkan komitmen pemerintah terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini juga dapat melatih siswa untuk lebih disiplin dalam mengatur waktu mereka antara ibadah dan belajar.
BACA JUGA:Membangun Masa Depan: Urgensi Asosiasi Guru PAI Indonesia (AGPAII)
BACA JUGA:Deep Learning dan Pembelajaran di Era Digital 5.0
Kedua, kebijakan ini memberikan kesempatan bagi sekolah untuk mengintegrasikan nilai-nilai Ramadhan ke dalam kurikulum. Dengan cara ini, siswa dapat belajar tentang makna puasa dan kegiatan sosial yang berkaitan dengan bulan suci. Ini menjadi momen penting untuk menanamkan nilai-nilai moral dalam diri siswa sambil tetap melanjutkan proses belajar mengajar.
Menjaga Kontinuitas Pembelajaran
Salah satu keuntungan utama dari kebijakan ini adalah menjaga kontinuitas pembelajaran. Dengan tidak meliburkan sekolah, siswa tetap dapat mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan dan tidak kehilangan momentum belajar.
Hal ini sangat penting, terutama menjelang ujian akhir tahun yang sering kali jatuh pada periode ini.
Ketika siswa tetap berada di lingkungan belajar, mereka memiliki lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan guru dan teman sebaya. Interaksi ini tidak hanya mendukung pemahaman materi belajar, tetapi juga membangun persahabatan yang sehat. Dalam suasana Ramadhan, kegiatan belajar bisa diisi dengan diskusi yang relevan dengan nilai-nilai keagamaan.
BACA JUGA:Mencari Keadilan: Guru PAI Harus Mendapatkan Hak PPG Tahun 2025
BACA JUGA:Kebiasaan Anak Indonesia Hebat: Pilar Menuju Kesuksesan
Selain itu, dengan tetap melanjutkan kegiatan belajar, siswa dapat mengembangkan keterampilan manajemen waktu. Mereka belajar untuk menyeimbangkan antara kewajiban beribadah dan tanggung jawab akademik. Ini merupakan pelajaran berharga yang akan berguna bagi mereka di masa depan, terutama dalam menghadapi tantangan yang lebih kompleks.