Tingkatkan Pengawasan Antibiotik Tanpa Resep, Kemenkes Perkuat Program Cegah Resistansi Antimikroba
Tingkatkan Pengawasan Antibiotik Tanpa Resep, Kemenkes Perkuat Program Cegah Resistansi Antimikroba--Foto:ist
JAKARTA, KORANPRABUMULIHPOS.COM - Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Lucia Rizka Andalucia mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi Indonesia terkait penggunaan antibiotik.
Sebanyak 22,1 persen masyarakat Indonesia diketahui menggunakan antibiotik oral, baik dalam bentuk tablet maupun sirup, yang sangat mudah diperoleh.
Dalam Seminar Sehari yang bertemakan "Collaborative and Participatory Action in Tackling Antimicrobial Resistance (AMR)" dan Pekan Kesadaran Resistansi Antimikroba (WAAW), yang digelar pada Kamis, 21 November 2024, Rizka menyebutkan bahwa 41 persen dari penggunaan antibiotik tersebut dilakukan tanpa resep dokter.
Dia juga menekankan pentingnya pengawasan yang ketat dalam distribusi antimikroba, terutama di apotek dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
BACA JUGA:Mendikdasmen: 850 Ribu Guru Akan Diberi Pelatihan di PPG 2025 untuk Meningkatkan Kualitas Pengajaran
BACA JUGA:Lima Langkah Kemenpar untuk Menarik Wisatawan di Libur Nataru 2024-2025
Faktanya, lebih dari 60 persen masyarakat di Indonesia membeli antibiotik tanpa resep dari apotek dan toko obat berizin, yang sebenarnya tidak diperbolehkan menjual antibiotik tanpa resep.
Kondisi ini memerlukan upaya besar dari Direktorat Jenderal Kefarmasian Kemenkes untuk menertibkan distribusi antibiotik, khususnya di apotek. Selain itu, Rizka menambahkan, antibiotik juga sering kali dapat ditemukan di tempat-tempat yang tidak sesuai, seperti warung atau platform daring, yang berisiko meningkatkan penyalahgunaan obat.
Untuk mengatasi masalah ini, Rizka menegaskan perlunya dukungan dari berbagai pihak dalam pengawasan distribusi antibiotik dan pengendalian Resistansi Antimikroba (AMR) di Indonesia.
Upaya pengendalian ini meliputi peningkatan akses dan mutu pelayanan kefarmasian, mendukung program pengendalian AMR, serta pengembangan teknologi dan inovasi di bidang kesehatan.
BACA JUGA:Mengenal Jenis Sesat Pikir atau Logical Fallacies yang Kerap Dialami Manusia
BACA JUGA:Bayi Rentan Alami Perut Kembung? Ini Rekomendasi Obat Alami untuk Mengatasinya!
"Melalui kolaborasi dan komitmen bersama, kita bisa mewujudkan akses pelayanan kefarmasian yang berkualitas dan penggunaan antibiotik yang bijak demi masa depan kesehatan yang lebih baik di Indonesia," ujar Rizka.
Lebih lanjut, Rizka mengungkapkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap bahaya AMR masih sangat rendah, seiring dengan meningkatnya penggunaan antibiotik dan menurunnya kepatuhan terhadap pemeriksaan mikrobiologi.