KORANPRABUMULIHPOS.COM - Kaesang Pangarep membuat heboh warganet saat mengenakan rompi bertuliskan "Putra Mulyono" dalam acara bagi-bagi susu dan buku di Kecamatan Jambe, Kabupaten Tangerang.
Di tengah isu dugaan gratifikasi jet pribadi yang sedang melilitnya, Kaesang tampil dengan kaus hitam dan rompi hitam tersebut. Tulisan "Putra Mulyono" terlihat jelas di bagian belakang rompi, dilengkapi siluet yang mirip dengan sosok Jokowi, yang merupakan nama kecil Presiden Joko Widodo.
Tak hanya di belakang, di bagian depan rompi juga terdapat gambar dan tulisan serupa, meski dalam ukuran lebih kecil. Penampilan Kaesang ini langsung mencuri perhatian dan menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Unggahan dari akun X @sigitwid menunjukkan banyak komentar pedas dari warganet mengenai pilihan rompi tersebut.
BACA JUGA:Maarten Paes Kandidat Kiper Barcelona?
BACA JUGA:Krisis Air dan Pertanian, Ancaman Perubahan Iklim di Indonesia
Salah satu komentar yang menarik perhatian berasal dari aktor Fedi Nuril, yang menuliskan, "The real gak punya malu wkwkw."
Komentar lainnya menyoroti bahwa anak muda seharusnya lebih banyak berkegiatan di kampus daripada "blusukan" ke desa.
"Blusukan ke kampus kapan, tong? Ketemu wong cilik gitu, gak akan menemukan pertanyaan berat," ungkap salah satu netizen.
Sementara itu, Ketua DPP PSI, Cheryl Tanzil, mengonfirmasi bahwa partainya tidak tahu tentang asal-usul rompi yang dikenakan Kaesang. "Kami juga enggak tahu. Itu Mas Kaesang yang tiba-tiba memakainya saat blusukan tadi," ujarnya.
BACA JUGA:Proyek Irigasi Dujiangyan, Inspirasi Kader Desa Indonesia untuk Mempelajari Teknologi Irigasi Kuno
BACA JUGA:DPR Sarankan Anggaran Pilkada Ulang diambil dari APBN
Sebelumnya, Gibran Rakabuming Raka, kakak Kaesang, juga sempat menjadi sorotan saat mengganti foto profil di akun X-nya dengan gambar yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI).
Gibran membagikan foto dengan gaya yang menjadi ciri khasnya selama Debat Cawapres kedua. "Cari pinjeman seratus #NewProfilePic," tulisnya dalam cuitan tersebut.
Namun, masyarakat mengkritik sikap Gibran yang dianggap arogan dan kurang menghormati lawan debatnya, Mahfud MD. Kritikan juga muncul karena Gibran dinilai mengabaikan karya ilustrator lokal yang mengirimkan gambar buatan tangan mereka.