OKI KORANPRABUMULIHPOS.COM - Pada tahun 2024, ratusan hektare lahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, sudah mengalami kebakaran. OKI, yang 75% wilayahnya terdiri dari rawa, selalu menjadi daerah yang rawan terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama selama musim kemarau.
Berdasarkan indeks risiko bencana karhutla yang tinggi, kebakaran di OKI mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2023 dibandingkan dengan 2022.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2022, luas lahan yang terbakar di OKI hanya 117,4 hektare dari total 2.222,6 hektare di seluruh Sumatera Selatan. Namun, pada tahun 2023, luas lahan yang terbakar meningkat menjadi 854,3 hektare, yang mencakup 80% dari total lahan yang terbakar di Sumatera Selatan, yang secara keseluruhan menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 1.124,8 hektare.
Pada tahun 2023, lahan gambut yang terbakar di OKI mencapai 310 hektare, sedangkan lahan mineral yang terbakar mencapai 544,3 hektare. Sebagai perbandingan, pada tahun 2022, hanya 20 hektare lahan gambut dan 97,5 hektare lahan mineral yang terbakar.
BACA JUGA:Jaring Bibit Atlet Sepak Bola Sumsel Sejak Dini
BACA JUGA:Siswa Kelas 1 SMP Disiapkan untuk Ikuti MPLS
Sementara itu, data untuk tahun 2024 menunjukkan bahwa luas lahan yang terbakar di OKI sudah mencapai 114,9 hektare, yang terdiri dari 106,4 hektare lahan gambut dan 7,5 hektare lahan mineral. Angka ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan 16 kabupaten/kota lainnya di Sumatera Selatan, yang secara keseluruhan mencapai 313,5 hektare.
Untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan, Pemerintah Kabupaten OKI telah mengadakan apel pasukan kesiapsiagaan darurat karhutla pada Jumat (12/7/2024).
Penjabat Bupati OKI, Asmar Wijaya, menekankan bahwa tingginya tingkat kerawanan karhutla di OKI memerlukan perhatian dan kewaspadaan bersama. Dampak yang bisa terjadi antara lain kekeringan, gagal panen, dan bahkan munculnya penyakit. Oleh karena itu, diperlukan upaya antisipasi dan kesiapsiagaan yang optimal karena tingkat keparahan di tahun 2024 ini belum dapat diprediksi.
Asmar Wijaya menambahkan bahwa pada tahun ini, kewaspadaan melalui upaya pencegahan yang bersinergi antara berbagai pihak, seperti pemerintah melalui BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, jajaran camat, kepala desa, pihak swasta, masyarakat, dan pihak terkait lainnya, terus ditingkatkan.
Ia juga menilai bahwa pergerakan karhutla tahun-tahun sebelumnya dapat diantisipasi dan ditangani dengan baik karena melibatkan semua unsur, mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, hingga kabupaten. Perencanaan dan aksi di lapangan menjadi pembelajaran dan modal penting untuk mengantisipasi karhutla tahun ini.
Asmar Wijaya berharap pola penanggulangan karhutla yang kolaboratif ini dapat diterapkan saat tahap pencegahan, sehingga dapat memberikan dampak yang lebih optimal dalam penanganan karhutla di OKI. (dc)