PRABUMULIHPOS - Pada Hari Raya Idulfitri atau Lebaran, ada banyak kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
Tradisi memakai baju baru saat Lebaran merupakan salah satu tradisi yang paling identik dengan Hari Raya Idulfitri di Indonesia.
Tradisi ini dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, baik yang tinggal di kota maupun di pelosok desa.
Tradisi membeli baju baru saat Lebaran biasanya dilakukan beberapa minggu sebelum hari raya. Masyarakat akan berbondong-bondong pergi ke toko-toko pakaian untuk membeli baju baru. Biasanya, baju yang dibeli adalah baju yang terbaik dan tercantik.
Pada hari Lebaran, masyarakat akan mengenakan baju baru mereka saat shalat Ied, bersilaturahmi dengan keluarga dan tetangga, serta saat mengunjungi tempat-tempat wisata.
Tradisi membeli baju baru saat Lebaran memang menjadi momen penting bagi masyarakat Indonesia. Tak heran, banyak yang rela merogoh kocek dalam, bahkan menggunakan tabungan mereka demi mendapatkan baju terbaik untuk dipakai di hari raya.
Tradisi membeli baju baru untuk dipakai pada Hari Lebaran di Indonesia sudah ada sejak lama, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak masa kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.
Pada masa itu, tradisi membeli baju baru untuk Lebaran hanya dilakukan oleh kalangan bangsawan dan orang-orang kaya. Mereka biasanya memesan baju baru kepada penjahit istana atau membeli kain dan menjahitnya sendiri.
Sementara itu, rakyat biasa biasanya membuat baju baru sendiri dari bahan yang sederhana. Baju baru ini biasanya dipakai saat shalat Ied dan bersilaturahmi dengan keluarga dan tetangga.
Berdasarkan dari beberapa sumber yang dikutip SUMEKS.CO, membuktikan bahwa ini bukan kebiasaan kontemporer, melainkan sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam.
Hal ini dibuktikan berdasarkan pengamatan empiris Snouck Hurgronje atau Haji Abdul Gaffur (1857-1936).
Ternyata kebiasaan membeli baju saat Lebaran sudah dilakukan sejak awal abad ke-20. Ini dibuktikan dengan catatan penasihat urusan pribumi untuk pemerintah kolonial.
Perlu diketahui, Snouck adalah seorang agnostik dan akademisi Belanda yang tertarik dengan dunia Islam. Dimana pada 1885, dia berhasil masuk ke Mekkah dan tinggal selama enam bulan hanya untuk mendalami Islam.