Mimpi 'Gila' Hilirisasi di Morowali

Minggu 21 Jan 2024 - 05:00 WIB
Reporter : Tedy
Editor : Tedy

Morowali - "Kita dianggap 'gila' waktu awal-awal mengajukan izin untuk membangun kawasan industri di sini (Morowali-red.). Namun lihat IMIP sekarang, sudah sebesar ini," ujar Irsan Widjaja, Direktur Operasional Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).

IMIP baru saja melewati usia 10 tahun. Namun mungkin, sebelum ramai-ramai tragedi ledakan smelter milik PT ITSS yang berada di kawasan IMIP akhir tahun lalu, banyak yang belum mengenal kawasan industri hilirisasi tersebut.

IMIP mulai dibangun tahun 2013 di era Presiden SBY, namun baru beroperasi pada tahun 2015 di era Presiden Jokowi. Kawasan ini dari awal sejatinya memang tak diperuntukkan sebagai area industri.

Hamid Mina, Managing Director PT IMIP bercerita, di kisaran 2006-2007 kawasan industri IMIP masih hutan dan bukit, penduduknya pun masih bisa dihitung dengan jari. Jadi jangan heran jika penerangan listrik masih belum terjamah kala itu.

BACA JUGA:Lengser Tahun Ini, Jokowi Bakal Terima Uang Pensiun Segini

"Jadi kami sejatinya untuk bermimpi pun tak berani. Tak berani memimpikan IMIP bisa sebesar ini dan bisa menghidupi ratusan ribu orang yang ada di Sulawesi," ujar Hamid.

"Karena banyak yang tak percaya jika kami ingin membangun kawasan industri. Untuk mencapai site saja bisa 12 jam dari Palu atau Kendari. Sementara jika memakai speed boat bisa 6 jam. Jadi membangun IMIP memang sangat butuh perjuangan yang luar biasa," lanjutnya.

Kini, IMIP mampu menasbihkan sebagai kawasan industri berbasis nikel terintegrasi dengan produk utama berupa nikel, stainless steel dan carbon steel. Industri pendukungnya terentang dari coal power plant, pabrik mangan, silikon, chrome, kapur, kokas, dan lainnya, hingga pelabuhan dan bandara.

BACA JUGA:Apa Beda Cukai dan Pajak Rokok? Cek di Sini Jawabannya

Kawasan Industri IMIP merupakan kerjasama antara Bintang Delapan Group dari Indonesia dengan Tsingshan Steel Group dari China. Saat ini IMIP sudah diisi oleh 54 perusahaan dan menaungi 80 ribu tenaga kerja lokal serta 11 ribu tenaga kerja China.

Hamid mengakui IMIP sangat kental dengan China, mulai dari investor hingga perusahaan yang beroperasi di kawasannya. Namun sejatinya, di IMIP juga terdapat investor dari Australia, Jepang hingga Eropa. Malahan investor Jepang sudah masuk sejak 2015.

IMIP saat ini mengelola 5.000 hektar lahan industri, namun pada tahun 2024 ini sedang proses perluasan hingga 6.000 hektar. Dimana hal yang dikelola tak juga urusan operasional bisnis alat berat. Juga termasuk catering, izin hingga turut berkontribusi membangun institusi pendidikan dari PAUD hingga Politeknik Industri Logam Morowali di lahan seluas 30 hektar.

BACA JUGA:Lengser Tahun Ini, Jokowi Bakal Terima Uang Pensiun Segini

Kampus ini berkolaborasi dengan Kementerian Perindustrian untuk pengelolaannya. Dimana ada tiga program studi dengan jumlah 400an mahasiswa/i, yakni Teknik Kimia Mineral, Listrik dan Instalasi, dan Perawatan Mesin. Lulusannya pun diharapkan dapat diserap untuk pabrik-pabrik yang ada di kawasan IMIP.

Namun ibarat pepatah, semakin tinggi pohon semakin kencang pula angin yang menerjangnya. Begitu pula dengan IMIP, jika dulu dianggap 'gila' membangun kawasan industri hilirisasi di Morowali, kini mereka tengah disorot lantaran sudah dua kali insiden berdekatan yang terjadi pada pabrik di kawasannya.

Kategori :

Terkait

Minggu 21 Jan 2024 - 05:00 WIB

Mimpi 'Gila' Hilirisasi di Morowali