KORANPRABUMULIHPOS.COM – Kecerdasan buatan (AI) generatif semakin sering digunakan oleh para pekerja, khususnya di sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Namun, banyak dari mereka memilih melakukannya diam-diam tanpa sepengetahuan atasan karena takut dianggap malas atau kurang kompeten.
Laporan terbaru Jobs and Skills Australia (JSA) yang dikutip dari Australian Financial Review (AFR) menyebutkan, adopsi AI justru lebih banyak dipimpin oleh karyawan dibandingkan perusahaan secara resmi.
“AI generatif sudah dipakai secara luas di tempat kerja dan para pegawai melihat manfaatnya. Tapi apakah atasan atau organisasinya mengetahui hal itu, itu cerita lain,” ujar Barney Glover, Komisaris JSA sekaligus profesor yang terlibat dalam penelitian tersebut.
Menurut laporan itu, AI diyakini akan mengubah cara kerja secara signifikan. Meski begitu, skenario pemutusan hubungan kerja (PHK) massal akibat otomatisasi diprediksi tidak akan benar-benar terjadi. Pasalnya, teknologi ini lebih banyak dimanfaatkan untuk mendukung pekerjaan, bukan sepenuhnya menggantikan tenaga manusia.
Pekerjaan di bidang administratif seperti resepsionis, akuntansi, pemrograman, serta penjualan dan pemasaran disebut sebagai yang paling berisiko terdampak AI. Sebaliknya, profesi yang melibatkan keterampilan praktis dan kontak langsung—misalnya perawat, bidan, pekerja hotel, konstruksi, hingga petugas kebersihan—dinilai lebih aman dari ancaman otomatisasi.
Untuk mempersiapkan perubahan tersebut, JSA merekomendasikan agar keterampilan penggunaan AI mulai dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan tinggi. “Seluruh pemangku kepentingan perlu berperan dalam transisi Australia menuju pasar tenaga kerja yang adaptif dengan AI generatif,” ungkap laporan itu.
Penelitian ini menegaskan bahwa adopsi AI di tingkat akar rumput, terutama di UKM, berkontribusi besar bagi perekonomian Australia. “Pekerja sudah memanfaatkannya dan merasakan dampaknya. Kita sedang menyaksikan revolusi dari bawah ke atas,” tambah Glover.
Meski begitu, sebagian besar pekerja tetap memilih merahasiakan pemakaian AI mereka. Alasannya sederhana: takut dipandang negatif oleh atasan, entah karena dianggap malas, tidak cakap, atau bahkan curang.