“Dengan pola pelaksanaan kurban yang semakin terstruktur, transparan, dan inklusif, kita membuktikan bahwa ajaran agama dapat menjadi motor penggerak kebaikan sosial berskala nasional,” kata Abu.
Dorong Kurban Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
Menariknya, Kemenag kini juga mulai mengarusutamakan pendekatan pembangunan berkelanjutan berbasis agama, termasuk dalam praktik kurban. Edukasi soal pengelolaan limbah penyembelihan, penggunaan kantong ramah lingkungan, hingga pemberdayaan ekonomi melalui produk olahan daging menjadi fokus ke depan.
BACA JUGA:Kemenag Imbau Jemaah Haji Tak Bawa Barang Terlarang
BACA JUGA:Tanazul: Strategi Baru Kemenag Atasi Kepadatan Jemaah di Mina 2025
“Kita ingin kurban bukan hanya berdampak sesaat, tetapi punya efek jangka panjang bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Konsep kurban berkelanjutan ini menjadi arah baru yang ingin kita dorong ke depan,” tutup Abu Rokhmad.
Kurban Tak Sekadar Ibadah, Tapi Gerakan Sosial Masif
Tahun 2025 menjadi momen istimewa bagi umat Islam Indonesia. Dengan lebih dari 1,8 juta hewan kurban disalurkan ke berbagai penjuru negeri, Iduladha bukan lagi sekadar perayaan religius.
Melainkan momentum kebangkitan solidaritas sosial, penguatan ketahanan pangan, hingga pembuktian bahwa nilai-nilai keislaman mampu melahirkan transformasi nyata di tengah masyarakat.
Semangat berbagi ini menjadi warisan spiritual yang patut dirawat dan ditumbuhkan terus-menerus—karena dalam setiap daging kurban yang dibagikan, tersimpan pesan cinta, persaudaraan, dan harapan bagi Indonesia yang lebih adil, sejahtera, dan berkah.(*)