Jakarta - Banyak warga dari berbagai daerah merantau ke ibu kota Jakarta untuk mengadu nasib. Seperti halnya para pedagang kopi keliling atau biasa disebut starling. Para penjaja kopi instan ini, khususnya mereka yang tinggal di kampung starling Kwitang, mayoritas merupakan perantau dari Madura.
Meski begitu, tidak sedikit di antara mereka yang harus tinggal bersama-sama dalam satu atap bahkan 1 kamar yang memang disediakan para agen. Dalam hal ini para agen merupakan toko yang menyediakan stok rentengan kopi, air panas, hingga es batu untuk para pedagang starling.
Para pedagang kopi keliling ini hanya membeli keperluan dagang hingga kebutuhan sehari-hari hanya di satu toko atau agen yang menaunginya itu.
Salah seorang agen bernama Nia menjelaskan tempat tinggal para pedagang kopi keliling ini memang disediakan oleh para agen. Biasanya para agen ini membagi tempat tinggal para pedagang menjadi dua, yakni kamar untuk bujangan (sendiri) dan kontrak.
Untuk fasilitas kamar bujang disediakan gratis dari para agen, namun mereka harus tinggal dalam satu kamar ini beramai-ramai. Ada di antara para bujangan ini yang memang belum menikah atau mereka yang memilih untuk merantau sendiri dan meninggalkan anak istri di kampung halaman.
Sedangkan kamar ngontrak disediakan para agen untuk disewakan alias berbayar. Biasanya kamar ini digunakan oleh para pedagang starling yang membawa serta anak istri atau mereka yang memang ingin tinggal sendiri.
"Iya (tempat tinggal semua pedagang starling disediakan agen), cuma di sini biasanya dibagi dua (jenis tempat tinggal) juga, ada yang bujang ada ngontrak. Kalau bujang gratis, kalau ngontrak bayar," ucap Nia.
Nia, Salah Satu Agen di Kampung Starling Foto: Ignacio Geordi Oswaldo/detikcom
"Kalau ngontrak itu yang bawa istri, yang perlu (tinggal) sendiri biar leluasa. Kalau bujang tinggal satu kamar ramai-ramai, los (ruang lapang) gitu biasanya,"
Nia sendiri mengaku membawahi sekitar 70 orang pedagang starling. Dari ke 70 pedagang ini, 67 di antaranya atau sebagian besar memilih untuk mengontrak ketimbang tidur di kamar para bujang meski gratis.
"Kalau saya sih (bawahi) 70 orang, cuma nggak tahu yang lainnya berapa. Ada yang 50 ada yang 40 gitu," ungkap Nia.
"Yang bujang ada 7 orang, soalnya kan rata-rata di sini (toko agen miliknya) pada membawa istri, membawa anak gitu. Aku punya kontrakan di (lantai) atas, di sana (rumah lain di dalam gang) ada juga. Semua toko (agen) pasti punya kontrakan, tapi kontrakannya terbuat dari kayu yang penting bisa istirahat lah," pungkasnya.
Senada dengan Nia, ketua RT setempat bernama Iwan menjelaskan memang seluruh tempat tinggal para pedagang starling di kampung ini disediakan para agen. Menurutnya di kawasan ini terdapat 10 agen yang membawahi rata-rata 50 an pedagang kopi keliling.
Tidak hanya tempat tinggal, namun para agen juga menyediakan fasilitas tambahan seperti tempat mandi atau wc umum yang banyak terletak di sisi kiri gang karena bersebelahan dengan Kali Ciliwung.
"Ada sepuluh agen di sini, satu agen kurang lebih (membawahi) 50-an orang pedagang (starling). Agen kan cuma menyiapkan fasilitas aja, kaya tempat tidur mereka (pedagang starling), kamar mandi, gitu aja," ungkapnya.