Widiastuty menjelaskan bahwa tujuan dari pelatihan ini adalah agar perawat di RSUD dapat memahami seluruh proses perawatan hemodialisis, termasuk pengetahuan dasar dalam melayani pasien yang menjalani cuci darah.
BACA JUGA:Deni Victoria Ketua DPRD Prabumulih Raih Penghargaan Bergengsi
BACA JUGA:Semangat Pendukung Bergema Tak Padam Walau Hujan
"Pelatihan ini juga ditujukan bagi perawat yang sudah magang di ruang hemodialisis, sehingga mereka tidak lagi kekurangan pengetahuan dasar dalam pelayanan hemodialisis," katanya.
Saat ini, di RSUD Kota Prabumulih terdapat 11 perawat hemodialisis, dengan 8 di antaranya telah memiliki sertifikat keahlian di bidang dialisis. Empat perawat lainnya direncanakan mengikuti pelatihan di Rumah Sakit Muhammad Husein (RSMH) Palembang pada bulan Januari.
Menurut Widi, berdasarkan ketentuan dari BPJS, setiap mesin hemodialisis harus dioperasikan oleh perawat yang memiliki sertifikat. "Ini bukan hanya sekedar memiliki gedung baru, tetapi ada prosedur yang harus diikuti, termasuk kompetensi perawat," tegasnya.
Widi juga menambahkan bahwa regulasi dari BPJS berlaku untuk semua rumah sakit, bukan hanya RSUD. Dalam merekrut perawat, dia harus sangat selektif, karena perawatan cuci darah bersifat jangka panjang dan pasien bergantung pada mesin. "Banyak yang menganggap bahwa perawat hemodialisis adalah perawat pilihan," ujarnya.
Mengenai isu waiting list atau kesulitan akses untuk perawatan hemodialisis, Widi menjelaskan kendala yang dihadapi. Saat ini, RSUD Prabumulih memiliki 10 mesin dialisis yang disetujui oleh BPJS, tetapi karena kurangnya sertifikat kompetensi, rumah sakit hanya dapat melayani 60 pasien cuci darah, yang merupakan pasien yang terdaftar di RSUD.
"Pasien yang dirawat adalah yang sudah terdaftar, dan mereka menjalani perawatan dua kali seminggu. Kami hanya dapat menambah pasien jika ada yang meninggal atau pindah," jelasnya dengan hati-hati.
Setiap sesi perawatan hemodialisis memakan waktu sekitar 5 jam, sehingga dalam sehari, satu mesin dialisis hanya dapat menangani maksimal dua pasien. Oleh karena itu, RSUD dapat merawat hingga 20 pasien dalam sehari. Perawatan dimulai dari pukul 07.00 untuk sesi pagi dan 13.00 untuk sesi sore.
Karena keterbatasan mesin yang harus memiliki sertifikat sesuai ketentuan BPJS, pasien baru yang ingin menjalani cuci darah terpaksa dirujuk ke RSMH Palembang atau rumah sakit lain seperti Ar Royan Inderalaya, bukan karena gedung baru belum digunakan.(*)